Mohon tunggu...
Heri Hermawan
Heri Hermawan Mohon Tunggu... Penulis - Reseacher Publik | Pegiat Literasi Tangerang | The Young Entrepenuer

Hobby : Ngopi sambil Baca-baca buku, kadang suka motoran, kadang blusukan ke kebon naik Gunung, biasa isengĀ² jadi kang photo dan Tour Guide. Minat Bacaan : Filsafat, Fiksi, Self improvment, Baca Quote Para Filsuf dan Sufi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hubungan antara Rasa dan Logika

7 Agustus 2024   14:35 Diperbarui: 7 Agustus 2024   14:37 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Etika dan Pengambilan Keputusan.

Dalam etika, perdebatan antara rasa dan logika sering muncul dalam teori etika normatif. Utilitarianisme, yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill, menekankan penggunaan logika untuk memaksimalkan kebahagiaan atau kesejahteraan terbesar bagi jumlah terbesar. Pendekatan ini sangat rasional dan analitis.

Sebaliknya, deontologi, seperti yang diusulkan oleh Immanuel Kant, menekankan pentingnya niat dan prinsip moral, yang sering kali melibatkan aspek-aspek emosional dan intuisi moral. Dari sudut pandang ini, keputusan etis harus didasarkan pada prinsip-prinsip moral yang dianggap benar, terlepas dari konsekuensinya.

3. Epistemologi :Pengetahuan dan Kebenaran.

Dalam epistemologi, hubungan antara rasa dan logika juga relevan dalam diskusi tentang sumber pengetahuan. Empirisme, yang diwakili oleh filsuf seperti John Locke dan David Hume, menekankan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman inderawi dan, dengan demikian, melibatkan aspek emosional.

Rasionalisme, seperti yang diwakili oleh Descartes, menekankan bahwa pengetahuan sejati berasal dari akal dan logika. Dari perspektif ini, kebenaran dicapai melalui proses pemikiran rasional yang terlepas dari emosi dan intuisi.

4. Ontologi: Hakikat Realitas.

Dalam ontologi, pertanyaan tentang hakikat realitas juga melibatkan diskusi tentang rasa dan logika. Realisme, misalnya, berpendapat bahwa ada realitas objektif yang dapat dipahami melalui logika dan pengamatan empiris.Ā 

Idealism, seperti yang diusulkan oleh George Berkeley, menekankan bahwa realitas pada dasarnya bersifat mental atau spiritual. Dalam konteks ini, rasa dan persepsi individu memainkan peran kunci dalam membentuk realitas.

Dari sudut pandang filsafat, hubungan antara rasa dan logika adalah kompleks dan multidimensi. Keduanya memiliki peran yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan pemahaman kita tentang dunia. Filsafat memberikan kerangka untuk memahami bagaimana keduanya dapat diintegrasikan atau dipisahkan, serta implikasi dari masing-masing pendekatan dalam pengambilan keputusan, pengetahuan, dan pemahaman realitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun