Mohon tunggu...
Heri Hermawan
Heri Hermawan Mohon Tunggu... Penulis - Reseacher Publik | Pegiat Literasi Tangerang | The Young Entrepenuer

Hobby : Ngopi sambil Baca-baca buku, kadang suka motoran, kadang blusukan ke kebon naik Gunung, biasa isengĀ² jadi kang photo dan Tour Guide. Minat Bacaan : Filsafat, Fiksi, Self improvment, Baca Quote Para Filsuf dan Sufi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jiwa yang Sama Akan Menarik yang Serupa, Tinjauan Filosofis, Psikologi dan Sosial

1 Agustus 2024   02:37 Diperbarui: 1 Agustus 2024   02:39 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep bahwa "jiwa yang sama akan menarik yang serupa" atau "like attracts like" telah menjadi tema sentral dalam berbagai disiplin ilmu dan filsafat sepanjang sejarah. Ide ini menyiratkan bahwa individu cenderung tertarik kepada orang lain yang memiliki sifat, nilai, dan kepercayaan yang serupa dengan mereka. Namun, mengapa fenomena ini terjadi dan apa implikasinya dalam kehidupan sehari-hari?

Perspektif Filosofis

Filsafat telah lama mengeksplorasi konsep ini. Plato dalam dialognya "Simposium" berbicara tentang cinta dan keindahan sebagai daya tarik antara jiwa-jiwa yang serupa. Menurutnya, jiwa yang serupa mencari kesamaan sebagai cara untuk mencapai keutuhan dan keseimbangan. Plato percaya bahwa manusia secara alami tertarik pada kebajikan dan keindahan yang mereka lihat dalam diri orang lain, yang mencerminkan kebajikan dan keindahan dalam diri mereka sendiri.

Aristoteles dalam "Nicomachean Ethics" juga menyinggung konsep ini dengan menggambarkan persahabatan sebagai hubungan antara orang-orang yang memiliki kebajikan serupa. Dia berpendapat bahwa persahabatan terbaik adalah antara orang-orang baik yang serupa dalam kebajikan dan tujuan hidup mereka, karena mereka saling mendukung dalam pencapaian kebahagiaan sejati.

Perspektif Psikologis

Dalam psikologi, konsep ini dikenal sebagai "homophily," yang berarti kecenderungan individu untuk membentuk ikatan sosial dengan orang lain yang memiliki kesamaan. Theodore Newcomb dalam teorinya tentang daya tarik interpersonal menyatakan bahwa kesamaan dalam sikap, nilai, dan minat meningkatkan kemungkinan terbentuknya hubungan positif antara individu.

Penelitian dalam psikologi sosial menunjukkan bahwa kesamaan dalam kepribadian dan nilai meningkatkan kenyamanan dan kepercayaan dalam interaksi sosial. Ketika orang merasa dipahami dan diterima oleh orang lain yang serupa, mereka lebih mungkin untuk membentuk hubungan yang lebih kuat dan lebih tahan lama. Ini menciptakan lingkaran umpan balik positif di mana kesamaan memperkuat hubungan, yang pada gilirannya meningkatkan rasa kesamaan dan koneksi.

Perspektif Sosial

Secara sosial, "like attracts like" dapat dilihat dalam pembentukan kelompok dan komunitas. Kelompok-kelompok ini sering didasarkan pada kesamaan minat, latar belakang, dan nilai-nilai. Pierre Bourdieu, seorang sosiolog Prancis, mengemukakan konsep "habitus" dan "kapital sosial" yang menunjukkan bagaimana individu dengan latar belakang sosial dan budaya yang sama cenderung berkumpul bersama, memperkuat identitas kolektif mereka.

Dalam konteks modern, media sosial dan teknologi juga memperkuat fenomena ini. Algoritma platform media sosial sering kali menyajikan konten yang sesuai dengan preferensi dan minat pengguna, yang pada gilirannya memperkuat kesamaan di antara kelompok-kelompok pengguna. Ini bisa dilihat dalam pembentukan "filter bubbles" atau "echo chambers" di mana individu hanya terpapar pada pandangan dan informasi yang sejalan dengan kepercayaan mereka sendiri.

Implikasi dan Tantangan

Meskipun kesamaan dapat memperkuat hubungan dan menciptakan komunitas yang kohesif, ada juga tantangan yang muncul. Kecenderungan untuk mencari kesamaan dapat mempersempit pandangan dan mengurangi keterbukaan terhadap perbedaan. Dalam konteks global yang semakin terhubung, kemampuan untuk memahami dan menghargai perbedaan menjadi sangat penting.

Namun, pengakuan akan kesamaan juga dapat menjadi jembatan untuk memahami perbedaan. Ketika kita menyadari bahwa pada dasarnya semua manusia mencari kebahagiaan, kenyamanan, dan pengertian, kita dapat menemukan kesamaan dalam keberagaman dan membangun hubungan yang lebih inklusif dan empatik.

Konsep "jiwa yang sama akan menarik yang serupa" memiliki akar yang dalam dalam filsafat, psikologi, dan sosiologi. Ini mencerminkan kecenderungan alami manusia untuk mencari kesamaan sebagai cara untuk mencapai koneksi, pemahaman, dan keseimbangan. Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara mencari kesamaan dan tetap terbuka terhadap perbedaan. Dalam dunia yang semakin kompleks, kemampuan untuk menemukan kesamaan dalam keberagaman adalah kunci untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun