Mohon tunggu...
Heri Hermawan
Heri Hermawan Mohon Tunggu... Penulis - Reseacher Publik | Pegiat Literasi Tangerang | The Young Entrepenuer

Hobby : Ngopi sambil Baca-baca buku, kadang suka motoran, kadang blusukan ke kebon naik Gunung, biasa iseng² jadi kang photo dan Tour Guide. Minat Bacaan : Filsafat, Fiksi, Self improvment, Baca Quote Para Filsuf dan Sufi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perjalanan Ke Dalam Diri

3 Mei 2024   18:30 Diperbarui: 3 Mei 2024   18:35 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Sumber gambar : Heri Hermawan"

Menderitalah, rusaklah reputastimu. sampai pada titik, dimana tidak ada lagi jurang pemisah antara kau dan Dia.

Tulisan ini saya buat untuk sebagai bahan refeleksi diri, terutama di peruntukan untuk seseorang yang sedang melakukan perjalanan kedalam diri atau yang sedang mengalami spritual awakening.

Gagasan tentang proses penyembuhan diri dan pencarian kebenaran yang mendalam. Dalam konteks filsafat, ini dapat diinterpretasikan sebagai usaha untuk menyatukan diri dengan kebenaran absolut atau kesadaran kosmis. 

Dalam perspektif sufi, itu bisa berarti perjalanan menuju kesatuan dengan Tuhan atau pencarian hakikat yang mendalam dalam spiritualitas. Ini menekankan pentingnya menjalani perjalanan interior untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri dan hakikat eksistensi.

"Menderitalah, rusaklah reputastimu"

mengisyaratkan perlunya melepaskan diri dari keterikatan dan pola pikir yang mungkin membatasi pertumbuhan spiritual. Ini sering kali melibatkan menghadapi kelemahan dan ketidaksempurnaan dalam diri sendiri, karena melalui pengalaman tersebut kita dapat belajar, tumbuh, dan semakin menyadari esensi diri.

"Sampai pada titik, dimana tidak ada lagi jurang pemisah antara kau dan Dia" 

Merujuk pada pencapaian kesatuan atau penyatuan dengan kebenaran mutlak atau Tuhan. Ini merupakan tahap puncak dari perjalanan spiritual, di mana individu telah melewati batas-batas ego dan diri sendiri, dan kini merasakan kesatuan dengan segala yang ada di alam semesta.

Dalam perspektif filsafat, tulisan ini mencerminkan konsep perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri dan realitas. Dengan menghadapi kelemahan dan keterbatasan kita, kita dapat memperluas batas-batas diri dan mencapai pemahaman yang lebih luas tentang hakikat eksistensi.

Dari sudut pandang sufi, tulisan tersebut menyoroti pentingnya perjalanan batin yang mendalam menuju kesatuan dengan Tuhan atau hakikat yang lebih tinggi. Proses ini seringkali disebut sebagai "tasawuf" atau mistisisme Islam, di mana pencarian akan hakikat Tuhan merupakan tujuan utama dari kehidupan spiritual seseorang.

Secara keseluruhan, tulisan tersebut merangsang pemikiran dan refleksi tentang pentingnya menjalani perjalanan spiritual yang mendalam dan mengarah pada kesadaran yang lebih tinggi tentang diri sendiri dan hubungan kita dengan alam semesta.

Pertanyaan tentang mengapa kita harus menderita ? adalah pertanyaan yang sangat mendalam dan kompleks, dan jawabannya bervariasi tergantung pada perspektif yang diambil. Beberapa filosof dan agama percaya bahwa penderitaan adalah bagian alami dari kehidupan manusia dan dapat memiliki nilai pembelajaran yang penting. 

Misalnya, dalam agama-agama seperti Islam, Buddha dan Kristen, penderitaan dianggap sebagai cara untuk mengalami pertumbuhan spiritual dan belajar empati terhadap orang lain yang menderita. Selain itu, penderitaan juga dapat menjadi sumber motivasi untuk berubah dan tumbuh sebagai individu. Karena biasanya orang yang sedang menderita itu akan lebih dekat dengan Tuhannya.

Mengenai mengapa kita jangan takut akan reputasi kita yang rusak, hal itu terkait dengan konsep kebebasan dari keterikatan dunia material dan opini orang lain. Menyadari bahwa reputasi hanyalah citra yang dapat berubah seiring waktu dan bahwa kebenaran sejati tentang diri kita lebih penting daripada pandangan orang lain, dapat membantu kita mengatasi ketakutan akan kehilangan reputasi. Selain itu, ketika kita tidak takut akan reputasi yang rusak, kita dapat lebih fokus pada pertumbuhan pribadi dan pencapaian yang substansial, tanpa terpengaruh oleh ekspektasi atau penilaian orang lain.

Jadi, jangan pernah takut atas penderitaan yang kita alami. Karena bisa jadi itulah bagian dari obat untuk kita kembali kepada Tuhan.

Jangan pernah berkecil hati ketika reputasimu rusak, karena boleh jadi itu bagian dari bahasa cinta karena tuhan selalu ingin berada di dekatmu.

Karena pada hakikatnya, tidak mungkin dalam satu hati itu ada dua cinta. Karena sumber cinta yang sejati hanya Dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun