Mohon tunggu...
herie_dailyactivity
herie_dailyactivity Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Kedua Kompasiana

Menulis Sesuai Suasana Hati

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Gumarang, Ditunda dan Sebotol Minuman Botol

2 Februari 2025   21:23 Diperbarui: 2 Februari 2025   21:23 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokumen Pribadi :Menunggu Keterlambatan Gumarang Di Stasiun Pekalongan

Setengah jam, sebelum jam 19.00 WIB, saya putuskan untuk meninggalkan rumah, menuju stasiun Pekalongan. Dalam tiket, kereta yang akan saya tumpangi adalah Gumarang dengan jadwal keberangkatan jam 20.23 WIB. Saya sempatkan ikut jamaah solat Isya terlebih dulu di Masjid Suhada, depan Monumen Juang Kebanggan Warga Kota Pekalongan.

Setengah jam sebelum jadwal keberangkatan tadi saya sudah boarding, dengan pola cukup tampilan wajah pada pintu masuk. Tanpa harus ceking tiket secara manual oleh petugas di Stasiun Pekalongan. Seingat saya, setahun berjalan ini, metode boarding dengan tampilan wajah (face recognition) ini kian meneguhkan pelayanan yang efektif dari PT KAI. Jadi, tidak perlu lagi antri boarding konvesional, cukup (sebelumnya sudah registrasi terlebih dulu) tampilkan wajah, sudah muncul identitas diri. Otomatis terbuka akses masuk.

Di peron, sudah banyak penumpang yang duduk di deretan kursi yang tersedia. Bisa juga nunggu di ruang tunggu yang nyaman. Di samping ber AC, juga tersedia area bermain anak. Sehingga memberikan kesempatan anak-anak bermain dengan orang tuanya sembari menunggu kereta tiba.

Dalam keterdiaman, karena para penumpang seolah sibuk sendiri-sendiri, tidak saling sapa dan perduli dengan yang di sebelah, kanan kiri atau depannya. Semua tersihir dengan kesibukan jari jemarinya pada layar mungul gadget-nya. Ada yang android, I-phone, laptop atau tablet. (Saya sendiri juga ikutan, buka tablet, mengetik membuat artikel ini, setelah sebelumnya ada pengumuman bahwa kereta Gumarang yang semestinya tiba 20.23, mengalami keterlambatan menjadi 21.55 WIB.

Saya pikir, mau diisi dengan kegiatan apa ini waktu hampir dua jam. Jadilah, saya putuskan menulis untuk Kompasiana ini. Mendokumentasikan apa yang saya alami hari ini, dailyactivity-sebagai tagline dari akun kedua saya ini.

Keterlambatan kereta yang terjadi karena memang ada perbaikan rel akibat banjir di daerah Grobogan masih berimbas hingga malam ini. Di tengah "kemenungguan" ini, datang dua orang berseragam biru, sepertinya OB stasiun. Satu membawa kotak minuman kemasan. Yang satu memberikan sebotol air tersebut dengan mengatakan :" Bapak naik kereta apa?" Saya jawab Gumarang. "

"Karena kereta mengalami keterlambatan, silakan sebotol air kemasan ini Pak. "

"Terima Kasih. "

Ucap saya sambil menerima sebotol kecil air kemasan tersebut.

Kejadian seperti ini, sudah menjadi bagian dari pelayanan PT. KAI. Sebentuk perhatian, bukan sekedar kompensasi. Karena, bila itu dianggap sebagai kompensasi atas keterlambatan, tentulah rasa kecewa penumpang lebih pada kerugian imaterial, yang tidak terukur satu orang degan orang lainnya.

Keterlambatan yang memang bukan kesengajaan, kemudian direspon dengan "sebotol minuman air" atau dalam bentuk "sepotong roti" atau juga dalam bentuk lainnya, menjadi hal yang lumrah, tidak hanya oleh PT. KAI, namun juga jasa transportasi lainnya.

Saya lebih memaknai apa yang dilakukan PT KAI adalah sebagai upaya melengkapi bentuk-bentuk pelayanan yang kian hari kian bagus. PT. KAI telah menjadi pilihan utama saya dalam delapan tahun belakangan untuk pulang pergi Pekalongan-Jakarta setiap Minggu malam dan Jumat malam. 

Semua tahapan perbaikan tersebut, saya rasakan step by step, hingga pada tahap sekarang ini. Semua semakin termudahkan dan nyaman. Tiket tidak perlu saya antri, cukup lewat kamar tidur, saat pesan atau pembatalan tiket.

Belum lagi adanya transformasi kereta ekonomi, seperti Majapahit, Jayabaya yang menjadi  premium dengan harga tiket yang terjangkau. Naik kereta kelas ekonomi serasa eksekutif beda tipis-tipis.

Saya perhatikan juga, segi keamanan maupun  kebersihan juga semakin baik. bahkan tidak lagi ada kekhawatiran adanya barang-barang hilang saat ditinggal untuk ke kamar kecil atau melaksanakan ibadah solat.

Transformasi PT. KAI telah saya rasakan. Meski, seperti yang saya alami malam ini. Keterlambatan hampir dua jam, karena bukan kesengajaan, tertutup oleh transformasi yang berdampak pada kenyamanan, keamanan, kebersihan dan pelayanan. 

Kedepannya, akan lebih baik lagi bila keterlambatan akibat adanya gangguan alam, seperti terputuskan rel atau hal lainnya efek dari cuaca ekstrim belakangan ini, manajemen PT.KAI memberikan notifikasi pada penumpang atas keterlambatan, sehingga penumpang akan menyesuaikan jam keberangkatannya. Tidak perlu menunggu hingga berjam-jam di peron, di mana penumpang satu dengan penumpang lainnya sudah tergerus pada ego-nya masing-masing.

Tidak ada lagi cakap-cakap, saling sapa ataupun bertukar pengalaman. Seolah, menekuri diri dengan kesibukan jemari-jemarinya atau lebih memilih diam dengan head set terpasang di kedua telinganya.

(Artikel ke-6 dailyactivity)  

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun