Terinspirasi oleh Kisah Nyata sebagai Penyidik KPK : Satuan Tugas Anti Rasuah (11)
Pengungkapan skandal korupsi, psikis saat transisi regulasi, di-mix dengan haru biru sisi manusiawi penyidik yang juga butuh akan cinta.
Episode : Yang Perfeksionis
Alan tengah memastikan kesesuaian beberapa dokumen yang akan ditampilkan pada saat ekspose dengan Pimpinan. Ia tidak ingin, apa yang ditampilkan dalam tayangan flowchat yang dibuat Jono, berbanding terbalik dengan bukti fisiknya. Bisa jadi, karena hal inilah di kalangan penyidik, Alan dikenal sebagai perfeksionis. Sebenarnya, bukan hanya Alan yang harus bersikap seperti itu. Penyidik harus punya modal kecermatan, teliti dan mempunyai daya analisis yang baik.
Untuk melakukan hal tersebut, Mutia membantunya. Mereka mengambil tempat di ruang rapat yang saat itu tidak digunakan. Jono diberi tugas untuk menyempurnakan urutan flowchat, biar lebih efisien, karena Sekretaris Pimpinan mengalokasikan waktu tidak lebih dari satu jam. Pimpinan harus menerima tamu sebagaimana sudah teragendakan sebelumnya.
" Coba cek barang bukti, berupa dokumen nomor registrasi 1237"
" Ini kan Bang? "
" Apa nomenklaturnya? "
"Â Invoice dari Maskapai..."
" Tanggal berapa tertulisnya?
" Tanggal 15 bulan September Bang. "
" Asli kan?"
" Legalisir Bang. "
Pada saat seperti ini, Farid bermaksud untuk masuk juga ke ruang tersebut, namun entah kenapa langkahnya tertahan. Gerak-gerik Farid ini, sempat tertangkap tipis oleh pandangan Mutia yang sekelebat melihat kedatangan Farid. Pintu memang tidak ditutup rapat.
" Farid, sekalian sini gabung. " Perintah Alan yang ternyata mengetahui juga kedatangan Farid.
" Kalau draf pertanyaan yang dibuat sudah selesai, bisa bantu untuk cek list dokumen dengan administrasinya. Sekarang ambil laptop biar sinkron. "
" Baik Bang. "
******
Di tengah kegiatan bertiga di ruang rapat kecil itu, ada panggilan pada HP Alan. Alan mengangkatnya.
" Alhamdulilah. "
Mengucap tersebut, wajah Alan berbinar. Suaranya jernih penuh luapan kegembiraan menyambung kalimatnya. "
" Selamat-lah Pak Kabiro Hukum. Meski sudah kita duga, namun belakangan ini Pra Peradilan tetap membuat was-was kita semua. "
Farid dan Mutia yang melihat hal tersebut segera respon. Pembicaraan terkait Pra Peradilan perkara yang tengah mereka tangani, siang ini terjadwal putusan.
" Bisa buat syukuran kecil besok Pak Kepala Biro. "
Selesai bicara lewat telpon, sebelum Alan berbicara, Farid sudah bersuara : " Alhamdulilah Bang...Pra Per-nya menangkan Bang? "
Alan mengiyakan dengan anggukan. Bertiga ekspresinya nampak senang. " Ya, semoga ke depannyapun lebih dipermudah dalam pembuktian, dilanjutkan dengan penerapan pasal tindak pidana pencucian uang, aset-aset banyak yang kita sita sehingga negara tidak rugi biaya kita ke sana kemari. "
" Semoga gitu Bang. Harus kita maksimalkan dalam menelusuri aset dan menyitanya, sehingga asset recovery-nya maksimal juga. "
" Mutia, besok pesan nasi kebuli, untuk Satgas kita dengan Biro Hukum, pakai uang pribadi saya. "
" Baik Bang. Biro Hukum berapa orang ya?"
" Bisa dilihat di HRIS, Mutia. " Sela Faris. HRIS adalah aplikasi Biro Sumber Daya Manusia. Terkait dengan pegawai semua ada di situ.
" Coba Farid lanjutkan untuk cek listnya biar dibantu Mutia, saya perlu menghadap Direktur sekarang. "
" Baik Bang. "
Alan meninggalkan ruang rapat. Farid melanjutkan tugas yang diberikan Alan. Mutia tanpa keluh, mendampingi, menyelesaikan cek list barang bukti.
*****
Meski dari lantai Sembilan, kegiatan demo di luar gedung terdengar. Sound System yang dibawa pendemo menggema, bahkan sangat nyaring. Orasi yang dibawakan, sangat terdengar jelas.
Mereka menyuarakan dukungan kepada DPR untuk terus menyelesaikan pembahasan perubahan Undang-Undang Lembaga Anti Rasuah. Mereka yang berdemo ini, menunjukan pro pada status quo.
Pada sayap sebelahnya, terdengar orasi dari kelompok demo yang kontra status quo. Mereka menentang pembahasan perubahan Undang-Undang. Jadi, ada dua kelompok massa yang saling berhadapan. Polisi memberikan demarkasi atau batas bagi demontran tersebut. Potensi bentrok sangat tinggi. Sehingga terlihat juga dari lantai Sembilan, jumlah polisi yang mengamankan diperbanyak dari biasanya.
" Undang-Undang yang sedang dibahas ini, jelas-jelas akan menciderai semangat pemberantasan korupsi. Beberapa kewenangan Lembaga Anti Rasuah justru akan dilucuti. Ini kepentingan siapa? " Suara orator menggelegar. Sangat berapi-api. Tangannya mengepal sembari tangan satunya memegang pengeras suara.
Acapkali kalimat orasinya berakhir dengan jeda, diteriakan semangat oleh para peserta demo kelompoknya. " Jangan jadikan Lembaga Anti Rasuah untuk kepentingan sesaat..." begitu tambahnya. " Hidup Rakyat Indonesia...Hidup Mahasiswa!" Begitu teriaknya, disambut dengan upacapan yang sama dari para pendukungnya.
Di sayap yang lain, terdengar juga orasi : " Biarkan DPR dan Pemerintah membuat perubahan, dengan perubahan Undang-Undang, Lembaga Anti Rasuah akan semakin kuat! Jangan gentar, segera sahkan Undang-Undang. "
Dari isu perubahan Undang-Undang, yang sangat mengkhawatir bagi kalangan pegawai Lembaga Anti Rasuah dan pegiat anti korupsi adalah rencana alih status. Dengan perubahan Undang-Undang yang baru, diwacanakan peagai anti Rasuah akan berubah status menjadi bagian Aparatus Sipil Negara atau ASN.
" Harus kita tentang. Lembaga Anti Rasuah harus netral, pegawainya harus independent. " Begitu teriak orator. Spanduk-spanduk dan alat peraga demo, juga menebar tulisan-tulisan dengan tema seperti itu.
" Ingat Lembaga Anti Rasuah harus diperkuat, bukan diperlemah!"
Begitu teriaknya memekik, seolah tanpa mengenal lelah.
Dari dalam gedung, pegawai yang mendengar orasi tersebut saling berbisik, ada nada kekhawatiran dan kecemasan.
" Kacau bila kita jadi ASN. " Ucap salah satu pegawai perempuan.
" Mau dikemanakan pemberantasan korupsi kalao seperti ini." Timpal pegawai yang lain. Mereka melihat apa yang ada di depan kantor dari belakang kaca ruang mereka. Semua bisa terpantau jelas dari masing-masing lantai yang menghadap jalan.
Bentuk dukungan pegawai pada para demonstran yang menolak perubahan, juga diberikan melalui email kantor. Mereka saling menuangkan isi hati, saran, pandangan sampai pada bentuk semangat dan doa. Mereka, juga meminta pada Pimpinan Lembaga Anti Rasuah untuk tidak tinggal diam.
Para pegawai juga merencanakan membuat petisi yang akan ditanda tangani oleh sebagian besar pegawai, bahwa belakangan Pimpinanpun mendukung petisi tersebut. Petisi pada intinya berisi  pentingnya penguatan Lembaga Anti Rasuah, bukan perubahan yang berdampak pada pelemahan Lembaga Anti Anti Rasuah yang seharusnya independent dan diperkuat beberapa kewenangannya, bukan dibuat sebaliknya.
****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H