Di tempat tersebut, terdapat mercuar tua peninggalan kolonial Belanda yang dibangun tahun 1882. Bukan semata mercuarsuarnya, namun yang bikin "takjub" adalah perjalanan dengan "perahu" dengan harga sewa Rp. 600.000, sekitar 30 menit menuju Pulau Lengkuas, yang berada di sebelah utara pantai Tanjung Kelayang, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung.
Bayangkan betapan Tuhan begitu luar biasa, Maha Indah, yang telah menciptakan gugusan pulau-pulau kecil, dengan bebatuan dan pepohonan, di bibir pantai, menjerumus ke dalam pantai.Â
Kanan kiri batu-batu besar, bagai Gunung kecil di tengah laut yang memanjakan mata. Lebih-lebih deburan ombak, air laut berwarna hijau yang jernih, ditingkahi oleh burung-burung yang terbang rendah, seperti hendak menangkap ikan yang sesekali memang muncul ke permukaan laut yang bening tadi.
Sepanjang 30 menit perjalanan menuju pasir putih di Pulau Lengkuas, tiada kata-kata yang mungkin bisa menggambarkan, betapa keindahan alam tersebut bisa terjadi, selain karena kekuasaan Tuhan Semata.Â
Sepanjang mata memandang, pulau-pulau kecil, dengan gugusan batu-batu granit yang sangat unik dan menawan, menjulang seolah terdesaian begitu astistik oleh Yang Maha Agung dan tetumbuhan yang hidup, menghijau, seolah menjadi satu paket keindahan. Hilir mudik perahu-petahu yang membawa wisatawan, ataupun nelayan yang memancing ikan, menjadi simponi indah menuju pulau Lengkuas.
Bagi pecinta sport snorkeling, diving tempat tersebut sangat didambakan. Bayangkan, dari atas perahu yang bergerak, bergoyang, seiring deburan ombak, mata masih bisa melihat kejernihan laut. Sungguh sangat indah dan mempesona.Â
Benar, setelah 30 menit menikmati keindahan buncahan batu granik di kanan kiri, ketika kaki mendarat di Pulau Lengkuas, rasa kagum kian memuncak. Panorama di depan mata sangat memanjakan. Kini, tempat tersebut sudah bersih dari para penjual makanan dan minuman, sehingga kebersihan Pulau Lengkuas dari sampah, terjaga. Spot-spot indah menantang untuk berfoto ria, dengan back ground deretan batu-batu granit serta pulau-pulau kecil nun jauh di sana.
Ketika kaki ini menginjak pasir-pasir putih, ditingkahi dengan gulungan dan riak-riak ombak kecil, sangat menyejukan hati. Pasir yang bersih dan geraian gemulai pucuk-pucuk pohon kelapa, sebagaimana dalam tembang Rayuan Pulau Kelapa, "melambai-lambai, nyiur di Pantai...tanah airku...Indonesia. " Ya, jadi teringat lagu itu juga akhirnya.Â
Di saat kaki dimanjakan oleh deburan dan riak ombak berkejaran, mata memandang ke kanan kiri pulau Lengkuas. Yang nampak adalah keindahan dan keindahan pulau-pulau kecil batu granit tadi, perahu nelayan, garis pantai serta pendaran warna kuning keparakan, karena memang matahari sebentar lagi akan tenggelam.
Tak ada kata atau kalimat penutup, selain : MasyaAlloh, begitu Indahnya panorama ciptaan-Nya di Pulau ini.