Berkata seperti itu, Sang Istri agak berat. Sebenarnya, iapun membenarkan apa yang dikatakan dan bisa jadi di rasakan oleh Sang Suami. Yaitu rasa sepi dari sebuah rasa kangen pada sebuah masa di mana dulu penuh dengan canda tawa bersama anak-anak.Â
Sang Istri sangat paham, bagaimana dekatnya hubungan Sang Suami dengan anak-anak. Meski capai karena sibuk bekerja seharian, setelah magrib, tetap saja ada waktu untuk membimbing belajar agama maupun membantu menyelesaikan PR sekolah anak-anak.
Begitulah.
Memang benar, secara kodrati. Manusia dilahirkan, tumbuh berkembang menjadi remaja dan pada saatnya hidup bersama pasangnnya. Ia meninggalkan kehidupan masa kecilnya, bersama keluarga barunya. Ada yang tetap saja anak-anak tersebut di tengah kesibukannya, sangat perduli pada orang orangnya. Terkadang hanya dengan sapaan: "Assalamualaikum Bapak, Ibu, sehat ya hari ini. Semoga sehat dan bahagia ya." Sapaan klise namun sangat berarti dan menunjukan betapa erat secara kejiwaan cinta anak pada orang tua mereka.
Saya baca literasi psikologi, pada intinya menyebutkan, betapa kadang orang tua sangat merindukan kehadiran anak-anaknya, walau hanya sedetik tanpa harus membawa buah tangan atau makanan kesukaan mereka. Dalam konteks era digital seperti ini, sangat memungkinkan "say hello" tadi, melalui WA. Lebih utamanya diucapkan melalui telpon, walau tidak ada satu menit.
Jangan sampai, kesibukan bersama pasangan dan anak-anak yang baru, tidak mengagendakan satu menit misal dalam sehari untuk menyapa orang tua. Baru, bila ada masalah, tengah malampun tanpa sungkan menelpon dan minta solusi pada orang tua.
Agar tidak terjebak pada kerinduan dan harapan tua untuk membahagiakannya, maka :
Pertama, sesibuk apapun, orang tua adalah salah satu pintu surga. Jangan lupakan, serta upayakan dan mewajibkan untuk menyapa beliau, menanyakan kabar beliau walau hanya satu menit atau minimal 30 detik setiap hari.
Kedua, mind set menjadi anak berbakti, salah satunya adalah dengan sesering mungkin menjenguknya. Jangan sampai ada penyesalan di kemudian hari, baru ingat bagaimana jasa orang tua setelah orang tua tiada.
Ketiga, jangan pula "lupa diri" pada orang tua saat bahagia, dan menangis tersedu saat dihimpit masalah. Ingat bagaimana perjuangan orang tua bisa mengantarkan anak menjadi seperti yang sekarang. Beliau tidak pernah diberi imbalan serupiahpun. Semua berdasar ketulusan dan kecintaannya pada Sang Anak.
Semoga kita semua menjadi anak-anak yang mengerti, memahami kerinduan orang tua pada anak-anaknya. Â Ingat, dalam kondisi apapun, orang tua selalu mendoakan anak-anaknya. Namun jangan sampai karena kesibukan, Si Anak lupa mendoakan orang tuanya.