Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismilah, Menulis tentang : - Korupsi dan Bunga Rampai (2022) - Korupsi (2023) - Hukum dan Korupsi (22 Oktober 2024 sd. sekarang) - Sebelum aktif di Kompasiana (2022), menulis di Jawa Pos, Suara Merdeka, Tribun dan Beberapa Media Internal Kepolisian (Masuk Dalam Peringkat #50 Besar dari 4.718.154 Kompasianer Tahun 2023)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Pribadi yang Ahli Memberi

3 Juli 2023   16:34 Diperbarui: 4 Juli 2023   09:24 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokumen Pribadi

Saya sangat tertarik dengan kalimat bijak seperti ini : Berdoalah agar kamu menjadi ahli sedekah, jangan berdoa agar menjadi kaya.

Dalam konteks relegi, sangat tepat dan benar juga substansi dari kata-kata bijak tersebut. Mengapa? Dengan menjadi ahli sedekah atau suka berbagi dengan orang lain, terlebih berbagi kepada mereka yang sedang dalam kesusahan, akan diberi balasan yang berlipat. Sehingga, semakin banyak dan sering berbagi, semakin mendekatkan diri pada kata "kaya."

Sebaliknya, menjadi orang kaya, belum tentu menjadi ahli sedekah. Banyak orang kaya yang sangat erat mendekap hartanya, yang mengantarkan pada karakter yang pelit, susah berbagi dengan orang lain dan jauh dari kata dermawan. Maka menjadi familiar dan menyentuh kalbu ketika terjadi dialog antara seorang ayah dengan anaknya yang baru saja berdoa.

Ayah : Apa doa yang barusan Ananda panjatkan?

Anak : Ananda ingin menjadi orang kaya, Ayah.

Ayah : Apakah dengan kelak kamu kaya, kamu akan suka berbagi dengan orang lain? Menjadi dermawan, begitu?

Sang Anak mengangguk. Sang Ayah melanjutkan kalimatnya : " Kebanyakan orang meminta pada Tuhan agar menjadi kaya, karena dengan kaya ia ingin nanti bisa banyak berbagi, bersedekah atau berjiwa sosial yang tinggi. Ini harus diubah. Yakinlah, dengan banyak bersedekah, suka berbagi, kamu akan menjadi kaya. Jiwa suka berbagi pada orang lain tidak perlu menunggu kaya. "

Sang Anak kembali menganggukan kepala. Sang Ayah melanjutkan :

"Pahami pula, kaya tidak harus menumpuknya emas berlian, milyaran saldo dalam tabungan, property yang ada di mana-mana. Rasa bahagia, sehat, enak makan, tidak banyak pantangan dalam makan dan minum, itu juga bagian dari makna kaya. "

Saya yakin, ini menjadi pemahaman yang universal. Siapun sepakat bahwa dengan banyak memberi dan pemberian tersebut membawa manfaat bagi orang lain, terlebih yang sangat membutuhkan, akan berbalik sebuah keberkahan, sebuah kebahagiaan pemberianya. Seolah alam semesta-pun mendukung, bahwa jiwa-jiwa sosial yang tinggi, sangat layak diapresiasi dan diberikan sebuah balasan berupa : kekayaan lahir dan batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun