" Murah lagi, masih satu ribuan gorengannya, baik tempe maupun tahunya. "
Ya, di tempat wisata seperti Dieng, masih adanya makanan dengan harga satu ribuan, tentu hal yang lain dari biasanya. Di tempat wisata lain, bisa lebih dari satu ribuan. Termasuk harga seporsi mie ongklok, hanya dibanderol dengan Rp. 15 ribu rupiah. Tentu, menjadi sebuah daya Tarik tersendiri, menikmati kuliner khas Dieng, yang hangat untuk sedikit melawan hawa dingin namun dengan harga yang ramah di saku.
Untuk home stay-nya sendiri, saya cukup merogoh Rp, 300 ribu, dengan fasilitas air hangat dan sekedar welcome drink berupa kopi atau teh dengan menyedu sendiri. Banyak wisatawan yang memenuhi homestay. Mereka terlihat rombongan ataupun dalam ikatan keluarga. Ini Nampak dari acara yang mereka dibuar di depan lobby homestay, yang menonjolkan suasana keakraban.
Pagi harinya, satu Titik destinasi yang sangat memanjakan mata dan sangat menakjubkan adalah berada di ketinggian tatanan batu alami, ciptaan Yang Maha Indah. Namanya Batu Pandang Ratapan Angin. Untuk masuk ke destinasi ini, tiket parker Rp. 10.000 dan tiket masuk perorang Rp. 15.000. Apa yang ada di depan mata, sungguh sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan.
Bukit berbatu, dikemas dan disentuh tanpa mengubah komposisi alami, membuat lokasi wisata tersebut menjadi prioritas kunjungan ke Dieng. Saya sendiri seperti kehabisan kata-kata untuk melukiskan keindahan saat berada di salah satu Titik Batu Pandang Ratapan Angin tersebut. Sepanjang mata memandang, bebukitan, Telaga Warna yang airnya kehijauan dan bening Nampak jelas.
Trap-trap yang dibuat untuk menjembatani langkah kaki, menuju satu Titik ke Titik lain di Batu Pandang, adalah sensasi tersendiri. Ada tantangan, untuk menapaki tangga-tangga tersebut. Harus hati-hati agar tidak tergelincir. Beberapa view foto yang indah saya sajikan dalam artikel ini, sebagai bukti bahwa saya teramat susah untuk merangkai kata lebih lanjut tentang keindahan tempat tersebut.
Keindahan yang masih ditebarkan oleh Dieng tersebut, sayangnya perlu perhatian dari para pengelola maupun pemerintah setempat, terkait dengan pengelolaan pedagang maupun kebersihan di areal destinasi. Menjadi lebih indah dan fokus pada view obyek, pedagang tidak ditempatkan di dalam "ring satu", bisa dilokalisir di areal parkir, sehingga saat mata ini menikmati indahnya destinasi, tidak terkontaminasi oleh serakan sampah dan bangunan kedai yang kontra dengan indahnya Batu Pandang Ratapan Angin. Â
Salam Dari Dieng, Semoga Sehat Selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H