Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismilah, Menulis tentang : - Korupsi dan Bunga Rampai (2022) - Korupsi (2023) - Hukum dan Korupsi (22 Oktober 2024 sd. sekarang) - Sebelum aktif di Kompasiana (2022), menulis di Jawa Pos, Suara Merdeka, Tribun dan Beberapa Media Internal Kepolisian

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dieng Masih Menebar Pesona (1)

6 Juni 2023   09:10 Diperbarui: 6 Juni 2023   09:15 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat libur cuti bersama kemaren, saya sempatkan refreshing ke Dieng. Sebuah tempat yang sudah tidak asing lagi bagi sebuah destinasi wisata pegunungan. Dieng menawarkan keindahan alami, dari Telaga, View, Candi hingga kawah yang menebar asap belerang.

Ada beberapa alternative rute untuk sampai di Dieng, yang terletak di dua wilayah Kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Saya memilih rute exit toll Kajen, kemudian melewati Bojong, Paninggaran, Kalibening dan langsung menuju Titik nol Dieng. Dari exit toll Kajen Kabupaten Pekalongan, bisa ditempuh antara 2 hingga 3 jam perjalanan. Sepanjang rute yang dilalui hampir berupa hamparan tetumbuhan yang hijau khas pegunungan, meskipun ketika sampai di Kaliboja, hamparan pohon hutan berubah menjadi hamparan kebun teh yang memanjakan mata.

Foto Dokumentasi Pribadi
Foto Dokumentasi Pribadi

Bukan kali pertama saat kemaren saya ke Dieng, untuk ke sekian kalinya. Namun, taka da juga rada bosannya. Ini disebabkan karena perkembangan destinasi Dieng yang selalu berkembang dari hari ke hari, tahun ke tahun. Sentuhan stakeholders sangat kentara. Beberapa fasilitas di Titik destinasi mengalami polesan-polesan yang kian menjadian Dieng semakin indah.

Saya tiba di Titik Nol Dieng menjelang magrib, setelah sempat berfoto di Titik Nol Dieng tersebut, saya pastikan untuk mencari homestay yang sudah banyak terbooking. Saya memaklumi, mungkin ratusan mobil berjajar dengan plat nomor luar kota memenuhi kawasan Titik Nol Dieng. Sekali lagi, banyak perubahan terjadi di kawasan tersebut. Rupanya, banyak wisatawan yang berkunjung, membuat warga local banyak inisiatif dalam menjual jasa maupun produk khas Dieng. Ekonomi jelas menggeliat dengan kondisi seperti itu.

Foto Dokumentasi Pribadi
Foto Dokumentasi Pribadi

" Namun di hari-hari biasa, pengunjung tidak seramai seperti saat sekarang, ada cuti bersama. " Ucap Bram, yang menawari homestay pada saya. Ia bercerita di hari biasa, untuk home stay dengan 4 kamar, bertarif antara Rp. 1,2 juta sampai 1,5. Namun bila situasi liburan, harga menyesuaikan.

Selepas magrib, saya bersama istri memilih untuk menikmati masakan khas Dieng, yaitu Mie Ongklok, disebuah kedai, yang konon menurut pramusaji, memiliki sekitar 6 titik cabang di kawasan Dieng. Kedai yang tidak begitu luas, namun letaknya strategis, di sebelah selatan sekitar 100 meter dari Titik nol Dieng. Sayangnya makanan pesan saya yaitu mie ongklok hanya tinggal yang original, " yang pakai toping sudah habis dari sore tadi. "

Foto Dokumentasi Pribadi
Foto Dokumentasi Pribadi

Saya memaklumi, memang hilir mudik wisatawan benar-benar seperti tumpah ruah sore itu. Adanya cuti bersama menjadi berkah bagi warga Dieng. Dalam penantian pesanan, istri saya sempatkan membeli gorengan di kedai sebelah. " Wah, enak ini. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun