Selesai Ia bersujud, kedua tangan menengadah. Senyap, ditengah panjatan permohonan pada Sang Khaliq. Narasi hati-nya sudah ia tumpahkan tadi di sujud terakhir. Detik ini, hanya pengulangan dalam narasi doa yang penuh jiwa.
" Ya Robb, bila ini langkah yang baik untuk Hamba-mu, mudahkanlah. Jangan jadikan hati ini penuh prasangka, karena ini bukan ajaran-Mu ya Robb. Engkau akan memberi jalan bagi Kami, entah setelah ini, esok atau lusa. Karena aku yakini, Engkau pasti memberi apa yang Hamba-Mu minta. "
Selesai kesyahduan dalam doa, langkah perlahan menuju ruang sebelah. Belum terdengar kumandang adzan Subuh. Di ujung ruang, Nampak sosok perempuan bermukena, tengah menengadahkan tangannya. Ia memohon di kebisuan ujung malam, agar hajat yang tersimpan pada diri dan Anak Lelakinya, di dengar di ijabah-Nya. Doa seorang Ibu untuk anaknya, di penghujung malam, tembus ke langit.
" Jadi ihtiyar atas sebuah keinginan, menjadi sesuatu yang harus Kamu lakukan. Semakin serius, semakin sering terdengar di langit, semakin terbuka lebar solusi atas masalah yang Kamu hadapi terbuka. Bukankah selalu ada gembok pasti ada anak kuncinya? Pastilah ada masalah, ada solusi. "
Begitu ucap Sang Ayah beberapa hari kemudian. Permasalahan yang berlarut dan belum tuntas, mengajarkan sikap untuk istiqomah dan sabar.
" Jangan sampai, karena hambatan restu orang tua, Kalian menjadi nekad, lari dari restu orang tua. Itu bukan menyelesaikan masalah. Masalah bukan untuk dihindari, namun harus dikelola, menjadi sebuah ibroh. "
" Iya Ayah. Pasti, Aku tidak mungkin berbuat sesuatu yang menjauhkan dari ridho orang tua. Ridho orang tua adalah Ridho-nya Alloh. "
" Tentu menjadi sebuah keprihatinan bila ini terus berlanjut. Tapi, percayalah akan ada sinar putih membias dari kisi-kisi jendela di pagi hari, seiring dengan terbitnya Sang Mentari Pagi. "
" Ayah selalu memberikan sikap optimis, dalam setiap hal. Selalu Aku catat dan aku ingat Ayah. "
" Harus. Sebagai lelaki harus menanamkan hal tersebut. Tak ada kata menyerah, memperjuangkan sesuatu yang sudah ternarasikan dalam hati yang paling dalam. Ingat narasi itu? "