Tidak dipungkiri, bahwa momentum liburan panjang akan membawa pengaruh pada motivasi kerja. Ini yang dialami Taufan. Ia mengeluh pada Budi, koleganya saat bertemu di kantor. Pegawai banyak yang mengambil cuti panjang, sehingga baru hari Selasa ini masuk kantor. Masih sepi suasana kantor, jam belum menunjukan pukul 07.00.
" Rasanya masih males banget duduk di kubikel dan buka laptop. "
" Kenapa males? Masih belum move on dari liburan kemaren ya? "
" Ya. Liburan bersama keluarga, menorah memori yang teramat indah. Saya bisa kumpul dengan orang tua, sanak saudara yang sekian lama tidak bertemu. "
" Sayapun begitu, namun apa boleh buat. Harus move on dan semangat untuk bekerja. Jangan sampai pekerjaan terabaikan dan terbengkelai karena pikiran masih di alam liburan terus. Detik ini, kita sudah didunia nyata. Kerja. Kerja dan Kerja.
Begitulah yang acapkali terjadi dan banyak dialami. Kembali move on setelah menikmati liburan panjang bersama keluarga, seolah memadamkan semangat untuk kembali bekerja dan berkarya. Bagaimana kita untuk mengatasi hal tersebut?
Pertama, yang saya alami dan kerjakan adalah dengan menyusun kembali agenda pekerjaan yang akan diselesaikan saat masuk kantor, sebelum hari H masuk kantor. Hal ini untuk antisipasi, agenda kantor belum ada yang urgen dan kita terjebak dalam waktu kerja yang zero-pekerjaan. Mengidentifikasi apa yang akan dikerjakan, menjadi titik awal semangat yang sempat meredup saat liburan. Mengidentifikasi pekerjaan yang akan dilakukan sebelum masuk kantor, bisa menjadi semacam warming up, sehingga perlahan mind set sudah kita arahkan untuk move on bekerja.
Kedua, tidak perlu membuka-membuka foto atau gallery di HP, karena akan muncul kembali momen liburan yang akan mengembalikan memori dan membelenggu semangat untuk bekerja dan berkarya. Biarlah itu semua lewat dan pada saatnya nanti akan diulang dalam momen kebersamaan mendatang. Jangan terlalu berjiwa melankolis.