Tidak juga, Mbah Maridjan, Sang Juru Kunci Gunung Merapi, yang begitu patuh dan teguh pada sendiko dawuh junjungan-nya, untuk menjaga Gunung Merapi.Â
Mbah Mardijan, menolak untuk dievakuasi saat alarm tanda erupsi menggema di desanya. Relawan yang membujuknya untuk turun ke desa yang  lebih aman "tidak dipatuhinya.".Â
Bahkan kemudian, relawan terakhir yang terus mencoba untuk membujuk Mbah Maridjan dan warga lainnya, ikut "tersangat" panasnya wedhus gembel. Meski relawan tersebut berada di mobil.
Semua kejadian tersebut terekam dalam museum petilasan Mbah Maridjan. Benda-benda seperti gamelan, sepeda, jam dinding dan perabotan rumah tangga, serta tulang belulang hewan ternak, menjadi saksi bersejarah tersebut.Â
Konon, rumah tempat dulu Mbah Maridjan meninggal diterjang wedhus gembel, sudah direnonasi dan dibangun Masjid Al Amin.Â
Pada hari-hari libur, tempat tersebut menjadi salah satu destinasi paket "jeep adventure" yang disediakan. Mengingat jalan sempit, maka banyak relawan yang berasal dari warga setempat memandu arus pengunjung.Â
Semua dilakukan demi keselamatan dan kenyamanan pengunjung. Ada ratusan jeep adventure, yang bisa di sewa untuk durasi satu jam sampai dua jam, dengan tarif variasi dari 400 ribuan, dengan maksimal 4 orang per jeep-nya.
Ibroh dari sekilas tulisan ini adalah agar kita selalu berdamai dengan alam sekitar. Bagaimanapun situasinya, tetap selalu memosisikan Tuhan sebagai penolong kita.Â
Semoga kita selalu terjaga dalam perlindungan-Nya, di tengah musibah banjir, gempa yang dahsyat seperti di Turki maupun di dalam negeri, tsunami dan sebagainya.