Foto Dokumen Pribadi
Salah satu pengakuan publik terhadap prestasi PT KAI adalah dalam hal menjaga kebersihan, baik dalam lingkungan tempat layanan publik, seperti di peron, tempat penjualan tiket sampai dengan gerbong kereta. Tidak terbantahkan, untuk mempertahankan pengakuan tersebut, diperlukan ujung tombak pelaksana kebersihan. Saya menyebutnya Tim-Biru, karena faktanya mereka yang bertugas dalam menjaga kebersihan tadi adalah Pegawai dengan seragam biru.
Sudut-sudut ruang pelayanan tadi misalnya, menjadi sasaran kebersihan. Tidak hanya siang hari, malam haripun mereka tetap melaksanakan tugas mulia tersebut. Ada yang harus mengangkat tangga besi, menggeser untuk menemukan "kotoran" di sela-sela yang tidak Nampak di mata, namun tersembunyi di sela-sela antara peron dan koridor saat penumpang akan naik kereta.
Demikian halnya, saat kereta api berjalan, mereka satu jam sekali, setidaknya dari satu gerbong ke gerbong lainnya dengan membawa kantong plastik hitam besar. " Yang ada sampah, yang ada sampah. " Begitu suara mereka. Tangan-tangan cekatan akan mengambil sampah, bila penumpang sudah menempatkannya di bawah jok atau di sekitar tempat duduknya. Atau penumpang yang dengan senang hati menyodorkan sampah yang ada padanya, misal bungkusan makan, platik atau kantong makanan dan minuman.
Interaksi yang spontan dan menarik perhatian. Petugas kebersihan yang memang menjalankan tugasnya dengan baik, penumpang yang perduli untuk ikut menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat. Momentum yang sangat diperlukan bagi terwujudnya kebersihan. Ini tidak bisa dianggap sepele, karena dengan lingkungan dan suasana yang bersih, akan membuat nyaman dipandang, maupun tidak menebar "polusi" baik bau maupun view.
Ketika ada makan atau minuman yang tumpah, dengan tanggap juga petugas Tim-Biru akan mengepel dan membersihkannya tanpa di minta. Bila sudah demikian, respon positif juga akan ditunjukan oleh penumpang dengan mengucapkan terima kasih, atau setidak-tidaknya lebih hati-hati untuk tidak menumpahkan dan mengotori lingkungan kursi duduknya, sepanjang perjalanan.
Gambaran tersebut, memberi sebuah hikmah dalam siklus pekerjaan. Ada manager yang perduli pada kebutuhan akan kegiatan yang berhubungan dengan "core business" dan penyiapan Pegawai yang "mau mempunyai keterikatan" atau engagement-komitmen pada tugasnya. Mengabaikan, meremehkan pekerjaan yang kecil-kecil, akan menjadi kesalahan dalam kelola dalam Pelayanan.Â
Contoh riilnya tadi, salah dalam pengelolaan masalah "menjaga" kebersihan, yakinlah akan berkorelasi pada keseluruhan kegiatan perusahaan. Image atau brand yang terbentuk publik, bisa berubah. Itulah, bisa dianalogkan sebagai bagian dari sebuah sub sistem, masalah yang kecil-kecil, tetap akan bertalian atau bertautan dengan keselurahan tata kelola perusahaan secara komprehensif.
Jadi, memperlakukan pegawai dengan adil terhadap hak dan kewajibannya, menjadi sebuah kebutuhan managerial. Apapun sub kegiatan, dan pegawai yang membidanginya, layak untuk mendapatkan perhatian sesuai dengan beban kinerjanya, berupa reward yang proporsional.
Mungkin, bisa jadi itu juga yang dilakukan oleh PT KAI, karena menjadi fakta, bahwa saya melihat pegawai yang tergabung dalam Tim-Biru, baik di kereta klas ekonomi, bisnis atau yang eksekutif telah menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga kesan yang terbentuk adalah : tidak ada bedanya dalam hal kebersihan ketika naik kereta api saat ini. Kondisi ini sangat layak untuk dipertahankan dan tentunya untuk jangka panjang, bisa menjadi role model angkutan umum di negeri ini. Sehingga kebersihan menjadi salah satu unggulan dalam mempromosikan layanan. Selamat untuk jajaran Tim-Biru PT KAI berikut awak di belakang managerial-nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H