Barbeqeu Tahun Baru Dalam Analog
Sepertinya, bukan dalam makna yang sebenarnya, barbeqeu yang ingin saya sajikan pada artikel ini.  Acara "berbakar ria", " atau memanggang-ria" di tahun baru, seolah menjadi sebuah tradisi atau  sebuah "ritual" untuk menyambut pergantian tahun.
Bila yang direncanakan adalah "sate", maka daging menjadi menu utama. Bila yang ingin dinikmati adalah ikan asap atau ikan panggang dengan marinasi kecap, cabe, bawang merah, ada yang juga ditambah saos dan saat pengasapan diolesi madu. Ada juga sosis, yang ditemani saos dalam proses-nya, yang menghasilkan rasa sensasi pedas asam.
Namun bukan itu, Â sebagai sebuah analog, barbeqeu di tahun baru, saya butuhkan bahan berupa kumpulan, fakta dan kegiatan yang terjadi dari kurun tanggal 1 Januari 2022 sd. 31 Desember 2022. Apa maksudnya? Semua yang terjadi atas diri saya, menjadi sebuah kemasan untuk di olah dan diasap dalam media introspeksi. Jadi, bukan sekedar bagaimana menunggu pergantian tahun, tapi substansinya adalah bagaimana bisa menemukan siapa diri ini, sepanjang setahun lewat.
Introspeksi atau semacam muhasabah, merupakan cermin. Dari pendar cermin tersebut bisa terlihat apakah figur pribadi sudah seutuhnya sebagai jati diri yang sebenarnya, atau terkontaminasi dengan pribadi orang lain. Â Sehingga sepanjang tahun yang lewat, saya hanya meng-imitasi perilaku, budaya dan sifat orang lain tanpa bisa terkontrol, yang berdampak menjadi sebuah kesalahan yang tidak disadari, atau sebenarnya saya sadari namun tidak kuasa untuk menghindar atau menjadi sebuah kesengajaan? Inilah yang saya takutkan bila akhirnya, dari hasil muhasabah tadi, ternyata saya "menyadari" bahwa saya berbuat salah namun "sengaja" untuk terus melakukannya.
Bila saya menginginkan adanya sebuah kesadaran pribadi untuk menjadi pribadi yang baik, tentu bukan sebagai sebuah kesombongan, atau sebagai sebuah bentuk cari muka atau sensasi. Namun saya memaknai sebagai sebuah proses dari sebuah kehidupan. Rasanya tidak bijaksana apabila mengungkungi sebuah kesalahan, tanpa ada keinginan untuk memperbaikinya. Hakikat bahwa apa yang terjadi hari kemaren menjadi titik balik untuk berbuat lebih baik, nilainya tentu diakui universal.Â
Tidak adalah manusia di dunia ini, yang hati nuraninya menolak untuk  berbuat baik. Hanya kadang, situasi dan keadaan yang membuat ia tidak bisa berkelit dari keadaan tersebut. Ini karena ia takut kehilangan pengakuan, aktualisasi diri yang negatif dan kehilangan relasi atau terpental dari komunitasnya. Selagi kita merasa tidak berada dalam situasi seperti itu, membayangkan sebuah jentik, kemudian bermetafora menjadi kupu-kupu yang indah, tentu bukan sebuah mimpi.
Artinya, menjadikan momentum orang lain barbeqeu, kitapun barbeqeu pada konteks kias, untuk mengasap diri dengan semangat kebaharuan, untuk menjadi lebih baik.Â
Bila dalam barbeqeu, bahan dasar mungkin dimarinasi, agar menghasilkan paduan rasa yang asam, manis atau sedap. Dalam konteks diri, marinasi dari "garam-garam" kehidupan  yang terlewati, untuk menghasilkan hidup lebih bermakna bagi diri sendiri maupun orang lain. Bukankah kata-kata bijak mengingatkan kita selalu, untuk bisa hidup dengan memberi manfaat bagi orang lain? Hidup bukan semata untuk dinikmati diri sendiri?
Kumpul keluarga, menyiapkan bahan makan yang bisa dibakar atau diasap bersama-sama, menjadi salah satu  kegiatan yang tidak hanya menghangatkan kebersamaan, namun bisa dimaknakan lebih dari itu, yaitu keinginan untuk "menghidupkan" pribadi bukan untuk diri sendiri, namun menjadi bagian dari orang lain.
Siapkan daging, sosis, ikan, saos, kecap, cabe, garam, madu apa lagi? Sesuai selera. Bahagia di tahun baru, bersama keluarga, teman, sahabat, kolega, tetangga atau bahkan sudah menjadi bagian dari roundown di kantor. Â Selamat menikmati barbeqeu.
Salam sehat dan bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H