Crouse lari, dan orang suku yang masih hidup itu berlarian mengejar satu orang bakal tumbal yang tadinya berhasil kabur, Crouse pun juga ikut lari karena takut perbuatanya tadi diketahui oleh orang-orang suku tersebut. Crouse lari dan ternyata ia bertemu dengan satu orang suku yang tadi ia selamatkan nyawanya dari eksekusi pertumbalan. Awalnya Crouse akan diserang oleh orang suku yang ia selamatkan, namun akhirnya dengan susah payah ia menjelaskan kepada orang suu terebut bahwa ia lah yang telah menyelamatkan nyawanya.
Crouse akhirnya dapat hidup dengan seorang teman di pulau kerajaanya itu, tahap demi tahap perkenalanya dengan orang suku tersebut ia lalui, ia ajarkan bahasa inggris kepada orang suku tersebut, dan memberi nama sebutan bagi orang suku tersebut dengan sebutan “Jumat”, hari dimana tuhan mempertemukan mereka. Setidaknya menurut Crouse. Crouse meminta Jumat memnggilnya Master (Tuan). Mereka saling berbagi dalam hal mempertahankan hidup dan berkomunikasi. Jumat mengajarkan cara bertanam yang baik kepada Crouse dan Crouse mengajarkan apa yang ia ketahui dari bertahan hidup. Komunikasi di antara mereka akhirnya begitu lancar, namun ada satu hal yang membuat mereka kemudian hari berselisih. Ketika
Crouse mulai mengajarkan sisi ketuhanan dari agama Kristen. Jumat menolak pandangan keimanan terhadap Tuhan, yang dimiliki Crouse. Karena baginya, Tuhan yang Ia percayai lebih nampak dan lebih terpercya daripada Tuhan Crouse yang hanya berbentuk Kitab (buku suci) saja yang Croue tunjukan kepadanya. Bagi Jumat Tuhan yang agung adalah Pokya. Ia menjelaskan kepada Crouse bahwa “ Dahulu dunia ini tidak ada tanah, hanyalah ari saja. Pokya hidup di air. Pokya membuat matahari dan bulan. Matahari dan bulan menikah dan membuat anak yakni manusia, Ia yang menciptakan Crouse dan Jumat dan seluruh kehidupan di muka bumi”. Jumat lebih dapat menunjukan tuhanya kepada Crouse. Semangat ikan-ikan yang pandai berenang,kadal yang dapat memanjat dan segala kehidupan disekitar mereka adlah kebesaran dan keagungan Pokya bagi Jumat. Crouse marah dengan konep ketuhanan Jumat. Ia menganggap bahwa itu adalah sebuah kekafiran dan kebiadaan penistaan terhadap Tuhanya. Karna yang menciptakan segalanya menurut Crouse adalah Tuhan bukan Pokya. Setelah disumpahi oleh Crouse akhirnya Jumat marah dan tidak menyukai Crouse dengan Tuhanya itu. Mereka salig berselisih dan walau setiap hari bertemu namun mereka memilih melalui kehidupan mereka secara sendiri-sendiri.
Beberapa Minggu berlalu dan kehidupan perselisihan mereka tak berubah,hingga akhirnya Crouse sadar. Sejarah mencatat perselisihan manusia jaman dahulu di picu karna perselisihan antara umat beragama dan hal demikianlah yang saat ini Ia rasakan. Ia berkeputusan untuk meminta maaf kepada Jumat dan menjelaskan bahwa bukan hal yang baik bila mereka hidup dalam satu pulau yang sama namun tanpa Interaksi dan tanpa ada suatu hal yang di bagi di hari-hari mereka. Akhirnya persahabatan mereka tumbuh kembali dan mereka lebih menghargai dan toleran akan kepercayaan Tuhan mereka masing masing, Jumat menyembah dan meminta kepada Pokya sedang Crouse kepada Jesus.
Suatu hari Jumat bercerita bahwa setiap beberapa rentan waktu sekali orang dari sukunya,Namurs. Akan datang ke pulau yang mereka berdua huni tersebut. Karena orang suku Jumat menganggap bahwa pulau ini adalah pulau tempat orang mati dan ditumbalkan,Tanwuan. Dan Jumat adalah orang yang sudah dianggap mati yang pada realitasnya lebih menyedihkan dari kematian. Setelah diceriatakan beberapa hal tersebt akhirnya Crouse dan Jumat menyusun strategi untuk meledakan tempat yang digunakan orang suku Jumat untuk melakukan eksekusi pembunuhan yang sama seperti sebelunya di sebuah goa. Goa itu mereka pasangi bubuk misiu dan siap untuk diledakkan. Pada harinya, orang suku pun datang dan melakukan upacaranya. Crouse dan Jumt bersiap dan mereka mulai membakar jalur api menuju tong-tong Misiu yang akan meledakan goa tersebut. Setelah api mulai dirambatkan hal yang tak di inginkan terjadi, Skiper yang melihat api merambat malah mengejar api tersebut dan masuk kedalam goa, ledakan besar pun terjadi dan miris. Skiper anjing pintar yang menemani perjalanan Crouse pun mati dan pertanda ia kehilangan sahabat setianya. Namun Crouse dan Jumat tetaplah berhasil menghentikan upacara kebiadaban tersebut dan mereka bersama menguburkan Skiper. Setelah melihat Jumat yang memohonkan doa kepada Pokya. Crouse merasa kagum dan baru menyadari bahwa kehidupan Pluralitas dalam beragama itu amat diperlukan dan ia mulai percaya bahwa kebenaran bukan hanya ada pada dirinya dan Tuhanya.
Hari kemudian berlalu. Jumat pun menceritakan bahwa dibulan baru yang akan datang orang Namurs pun akan datang lagi ke pulau Crouse tersebut dengan jumlah yang lebih banyak dan mereka akan menghancurkan rumah Crouse dan membunuh mereka berdua. Tidak ada jalan keselamatan, selain membangun kapal dan pergi meninggalkan pulau itu menurut Jumat, namun mereka tidak tau akan pergi kemana setelah itu. Satu-satunya jalan keselamatan adalah pergi dari pulaunya dan datang kepulau Jumat,menurut Crouse, . Namun Jumat menolak ia menjelaskan bahwa ia tidak akan bisa kembali, dan tidak akan pernah bisa, Ia adalah orang yang mati dan pulau ini adalah pulau Tanwuan ( tempat orang mati). Ketika Jumat pulang ke pulaunya maka ia akan dianggap orang yang mati yang pada kenyataanya lebih parah dari kematian. Lalu Crouse mengatakan ada jalan lain yakni pergi menuju Inggris (Britan) tempat asalnya. New Britany, ternyata Jumat tau tentang Inggris dan jumat menjelaskan bahwa kerap kali orang Inggris datang ke pulaunya dengan kejam membunuh orang orang, menyandera orang Namurs dan menjadikan Tonga orang (memperbudakkan orang sukunya). Bahkan anaknya Jumat diambil dan dijadikan budak oleh orang kulit putih. Demikian akhirnya Crouse menerangkan bahwa namanya bukanlah Master (tuan) sebagaimana Jumat memanggilnya selama ini. Crouse menerangkan bahwa ia adalah suku kulit putih. Jumat marah dan menganggap bahwa ia sedang di perbadak oleh Crouse selama ini. Merka berselisih kembali untuk ke dua kalinya. Crouse memilih membangun kapal dan jumat akan tetap tinggal dipulai tersebut.
Crouse menebang pohon dan berusaha sedapatmungkin membuat kapal dalam waktu singkat sebelum pasukan Nemurs mendatangi merka. Di beberapa hari terakhir sebelum Nemurs datang ternyata nasib berkata lain. Badai besar datang lebih dulu untuk mengunjungi pulau-pulau di derah samudra tersebut.Senang, ternyata Jumat mau datang membantu Crouse mengikat perahunya agar tidak disapu ombak dan Jumat mengakui bahwa Ia salah paham, mereka berteman baik kembali dan berusaha melalui badai tersebut bersma Crouse. Badai yang sama yang membuat Crouse terdampar ke pulau kerajaanya itu kini Ia rasakan kembali bersama sahabat dekatnya di pulau tersebut. Malam berlalu badai pun berhenti, namun mirisnya kapal yang susah payah dibangun oleh Crouse tetap tak terselamatkan. Nemurs akan datang beberapa hari kemudian. Crouse dan jumat tidak akan dapat membuat kapal lebih cepat dari kedatangn Nemurs. Mereka pun bersepakat untuk membuat strategi perang dengan Nemurs memasang jebakan dan ledakan di rumah Crouse.
Hari kedatangan suku Nemurs pun tiba, jebakan telah di persiapkan dan peperangan i mulai, Jebakan yang mereka buat akhirnya berjalan baik, bom yang di pasang dirumah Crouse meledak. Celakanya satu orang Nemurs masih hidup dan Ia memanah Crouse dengan panh racunya tepat pada dada sisi kiri Crouse, lalu Jumat mengalahkan pemanah tersebut dan segera membawa Crouse kekapal Nemurs dan mereka terpaksa harus pergi ke pulau Jumat agar Crouse dapat di selamatkan dengan diberikan penawar racun dari sukunya.
Malapetaka terjadi, memang awalnya Crouse diobati di pulau Jumat tersebut dengan daun ajaib yang di berikan oleh mantan istri Jumat, Netwana Namun setelah Crouse pulih, kepala suku mengadaan keputusan untuk menarungkan mereka berdua. Hanya ada salah satu dari mereka yang akan bisa hidup dan diterima didalam suku tersebut, artinya salah satu dari mereka harus membunuh kawanya. Jumat meminta Crouse untuk mengalahkanya, namun Crouse tidak mampu membuntuh sahabatnya sendiri yang telah sekian lama bersama denganya hidup dalam satu pulau dan melewati masa-masa kehidupan bersama. Namun bila hal itu tidak segera dilakukan oleh Crouse maka mereka akan dibunuh oleh para pemanah yang siap meepaskan anak panah mereka kepada Crouse dan Jumat.
Ketegangan terjadi, pertarungan yang tak diingikan Crouse dan Jumat akhirnya terlaksana, Crouse berhasil merbohkan Jumat namun ia tidak tega menebaskan pedangnya mebunuh Jumat. Terpaksa jumat melawan dan berhasil menjatuhkan pedang Crouse. Crouse tak berdaya dan ia pasrah untuk siap di bunuh oleh Jumat dan membiarkan agar Jumat bisa hidup dan diterima lagi di kalangan sukunya. Namun takdir berkata lain, suara tembakan terdengar dan melubangi perut Jumat yang berada berdiri di hadapan Crouse. Para kawanan pelaut Inggris, orang kulit putih datang, orang suku dan Nemurs pun berlarian menyelamatkan diri. Dan hari itu memang hari dimana para suku ulit putih inggris datang dan seperti biasa mengambil beberapa orang suku untuk di jadikan budak kapalnya. Crouse selamat namun ia bersedih karna sahabat terbainya dalam melewati masa-masa mengerikan disaat dirinya terdampar di pulau Tnwuan (pulau orang mati) yang menjadi pulau kerajaanya itu kini telah pergi meninggalkanya, orang yang memberikan kesadarab bahwa tolerasni keagamaan itu perlu telah pergi untuk selama-lamanya.
Pelaut inggris pun pulang ke New Britania dan Crouse ikut bersama kapal tersebut. Dan disana ia mulai kembali dan mencari kekasihnya Mary, setelah 6 tahun pergi dari kejaran keluarga Petrick yang salah paham kepadanya. Dan pada waktu itulah penantian Mary yang seharusnya hanya selama 1 tahu tapi menjadi 6 tahun, hari itu terbayarkan. Dan akhirnya Crouse membangun kerajaanya bersama kekasihnya Mary di rumahnya dalam ikatan keluarga. Meskikup begitu ia sering kali tetap merenungkan dan mningat betapa hebatnya petualangan yang ia lalui selama enam tahun terdampar dan hidup bersama seorang suku kulit hitam yang dahulunya adalah orang yang mengerikan dan dianggapp biadab penista Tuhanya.