Waktu bagi salju
Membeku dirumputan
Selagi kau lakukan perjalanan
Pada bait yang terakhir sebagai penegasan dari bait sebelumnya. Waktu bagi salju; membeku dirumputan; selagi kau lakukan perjalanan; masih mengenai batas waktu, kata salju dan membeku pada bait terakhir ini menjadi signifier bagi signified waktu yang benar-benar habis dari Tuhan. Waktu itu sungguh-sungguh terbatas bagi setiap insan.Â
Batas untuk yang merindu kepada Tuhan akan memakai alat transportasi yang telah diberikan penunjuk dan  arah. Petunjuk sampai waktu itu kembali ke angka 0 dan akhirnya membeku seperti salju. Kuntowijoyo membuat kepuitisan sebuah puisi untuk memberikan makna dalam bagi setiap insan Tuhan. Tuhan selalu menyediakan waktu dan kesempatan bagi hambanya yang merindu.Â
Doa dan waktu yang diberikan Tuhan semata diberikan pada insan  yang meindu. Jalan dan arah itu tampak dengan hamba/insan yang memang merindukan Tuhan-Nya. Kebahagiaan terbesar hamba adalah mendapatkan hal tersebut. Oleh sebab itu, tidak semua orang bisa menemukannya, bahkan sampai waktu itu sendiri habis dan membeku.Â
Akan mengalami kerugian bagi hamba  yang tak dapat menghamba hingga rindunya terobati kepada Tuhan. Kuntowijoyo menegaskan dalam puisinya  membekukan waktu itu menjaid salju, hingga kereta tak bisa lagi melaju, menyampaikan kerinduan kepada  Tuhan Yang Maha Besar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H