Abad pertengahan, khususnya di dunia Barat adalah tanda awal dari keberpengaruhan dogma (ajaran Kriten) gereja pada bidang keilmuan secara menyeluruh, masa ini berlangsung selama seribu tahun. Ciri khas masa ini ditandai dengan otoritas gereja dalam perkembangan ilmu (sehingga lambat), ajaran yang tersebar berpangkal pada pemikiran Aristoteles, dan banyak pemikiran dari tokoh yang berpangkal dari ajaran agama.
Abad pertengahan jika ditinjau lebih jauhm terbagi menjadi dua masa dalam perjalanan sejarahnya, yakni masa Patristik yang ditandai dengan pimpinan gereja dipilih dari golongan atas atau ahli pikir, dan masa skolastik (skolastik awal: berdirinya sekolah; skolastik puncak; berdirinya perguruan tinggi; dan skolastik akhir; kejenuhan dalam berfilsafat) yang ditandai dengan pendidikan melalui berbagai sekolah yang didirikan. Diantara tokohnya adalah Agustinas (354-430 M) dan Thomas Aquinas (1225-1275 M).
Dari kedua masa tersebut, pembahasan tentang psikologi lebih mengarah pada praksis di kehidupan dan bertautan dengan ajaran agama, sehingga tidak bebas nilai. Tema yang diangkat seputar penciptaan alam diciptakan oleh Yang Maha Tunggal; manusia dikaji melalui sudut pandang satu kesatuan, terlepas dari dualitas; kehidupan manusia dikaji sebagai bebas berkehendak. Namun, dengan sifat demikian memerlukan kendali Tuhan untuk menebus kesalahan atas kebebasannya dalam berbuat dosa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H