Mohon tunggu...
Nodi Herhana
Nodi Herhana Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Teacher of Civic Education

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Strategi Lolos Beasiswa S2 Kemenpora

12 Agustus 2018   00:53 Diperbarui: 12 Agustus 2018   01:00 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum membahas tentang strategi lolos, alangkah baiknya saya perkenalkan dulu apa itu beasiswa Kemenpora. Sebagian dari kalian mungkin belum familiar bahkan belum mengetahui tentang beasiswa pendidikan S2 pemuda berprestasi atau lebih akrab disebut beasiswa Kemenpora. Ya seperti namanya, beasiswa Kemenpora berasal dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.  

Beasiswa Kemenpora baru berjalan dua tahun, tahun 2017 Kemenpora bermitra dengan sembilan Perguruan Tinggi dengan membuka kuota sebanyak 250 orang, sedangkan tahun ini Kemenpora bermitra dengan lima belas Perguruan Tinggi dengan kuota sebanyak 420 orang. Barangkali tahun depan akan bertambah lagi baik jumlah PT maupun kuotanya.

Kalau menurut surat sosialisasi yang diterbitkan Kemenpora, program beasiswa ini dikhususkan untuk para aktivis pemuda dan atlet berprestasi dalam format kelas khusus yang bertujuan untuk menghasilkan para pemuda yang dapat menjadi teladan, penyuluh, tenaga kepemudaan dan konsultan kepemudaan disegala bidang. (Surat No 3.29.1/DI-1/III/2018). 

Disini jelas bahwa beasiswa Kemenpora ditujukkan khusus untuk para aktivis dan atlet berprestasi. Jadi bagi kamu yang merupakan salah satu dari dua kriteria tersebut maka pintu beasiswa terbuka sangat lebar, apakah kamu mau masuk atau hanya sebagai penonton? Keputusan ada ditanganmu kawan.

Sedikit cerita tentang kisahku sebelum fight mendapatkan beasiswa ini. Sejak kuliah S1 di Unnes bahkan setelah PPG SM-3T, saya belum terfikirkan akan melanjutkan kuliah sampai tahap S2. 

Sampai akhirnya aku tahu ada pengumuman  pendaftaran beasiswa Kemenpora dari grup-grup WA dan banyak post di Instagram. Biasa saja saya menanggapi itu, hingga suatu waktu ada teman yang mengajak untuk mendaftar sama-sama dibeda kampus. 

Setelah beberapa kali diajak akhirnya aku mengiyakan dengan kesepakatan kita berjuang bareng untuk mengurus berkas-berkasnya, karena kalau berjuang ada temennya itu semangatnya akan lebih greget daripada sendirian, apalagi yang awalnya kurang semangat. Makannya kalau mau berjuang itu jangan sendirian, kamu tak akan kuat, cari patner yang satu tujuan, agar semangatmu tetap terjaga.

Waktu persiapan yang cukup mepet mengharuskanku bergerak cepat. Hal pertama yang dilakukan adalah mengenali "musuh" yang akan ditaklukkan. Cari tahu semua hal yang berhubungan dengan beasiswa Kemenpora, mulai dari persyaratannya, alur pendaftarannya, peluang diterimanya, cerita dari kakak kelas, kecocokan dengan ilmu sarjananya, dan lain-lain. Saya tidak akan menjelaskan satu persatu secara detail namun beberapa hal saja yang saya anggap penting.

Jadi secara umum alur penerimaan beasiswa Kemenpora ada tiga tahap, yang pertama kamu harus lulus Ujian Masuk di Universitas, yang kedua kamu harus mendapatkan rekomendasi dari Kemenpora melalui seleksi berkas, yang ketiga pihak Universitas menerima rekomendasi yang diajukan Kemenpora. Saya memasukkan tahap ketiga karena penentu kebijakan akhir adalah pihak Universitas, dimana kelulusan adalah akumulasi nilai dari Kemenpora dengan Universitas.

Tahap pertama kamu harus lulus Ujian Masuk di Universitas. Biasanya ada dua tahap yaitu tahap tertulis dan tahap wawancara. Tahap tertulis ada dua macam yaitu Tes Potensi Akademik dan Tes Kemampuan Bahasa Inggris. Karena saya mendaftar di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung maka saya akan banyak membahas keadaan di Unpad. 

Sedikitnya saya sudah tiga kali bolak-balik Bandung untuk tes tulis hingga registrasi ulang. Untuk skor minimal dari TPA maupun TKBI/TOEFL masing-masing PT mungkin berbeda-beda, kalau di Unpad secara khusus tidak mensyaratkan harus berapa, tapi menurutku kamu harus punya skor minimum 400 dari kedua tes tersebut, syukur-syukur jauh diatas 400. 

Kamu bisa les atau belajar otodidak dirumah, kalau saya sih lebih banyak otodidak, meskipun sempat les TOEFL juga di Purwokerto, maklum butuh sentuhan Guru untuk belajar bahasa inggris. Yang tak kalah gregetnya adalah kamu harus menaklukan dua dosen pewawancara saat tes wawancara. 

Dalam sesi ini kamu perlu pembawaan diri yang tenang, menjawab setiap pertanyaan dengan penuh keyakinan, yang terpenting kamu harus bisa membuat pewawancara appreciate terhadap proposal tesis yang kamu ajukan. Ibaratnya, sesi wawancara adalah pintu gerbang yang strategis untuk penilaian diterimanya calon mahasiswa.

Tahap kedua, mendapatkan rekomendasi dari Kemenpora. Bukan perkara mudah mendapatkan rekomendasi ini, karena banyak berkas yang harus dipersiapkan dan dikirimkan. Secara khusus saya menyoroti tentang syarat bahwa kamu sebagai aktivis berprestasi atau olahragawan berprestasi atau pelatih olahragawan berprestasi. Semua hal itu dibuktikan dengan surat keterangan/rekomendasi dari organisasi atau sertifikat/piagam kejuaraan. 

Inilah syarat kunci datangnya rekomendasi dari Kemenpora. Saya tidak mengatakan semakin banyak organisasi semakin besar peluang, tetapi minimal satu organisasi saja sebenarnya sudah cukup, kalau mau banyak rekomendasi juga tidak masalah itu juga bagus. Semua berkas persyaratan itu dikirim secara offline dan online ke Kemenpora, juga kirim secara online ke Universitas. 

Ingat, jangan sampai salah kirim apalagi salah alamat, karena itu akan berakibat fatal terhadap usahamu selama ini. Perhatikan juga jadwal atau waktu-waktu yang telah diatur, lebih awal lebih baik sehingga tidak menunggu hingga detik-detik akhir pengiriman.

Tahap akhir, legalisasi rekomendasi Kemenpora oleh Universitas. Kelulusan ditentukan dari akumulasi nilai Kemenpora dan nilai Universitas. Jadi belum tentu yang lulus Ujian Masuk Universitas otomatis lulus di Kemenpora, pun demikian yang direkomendasi Kemenpora juga tidak mesti disetujui Universitas, yang disepakati kedua insitusi itulah yang lulus beasiswa Kemenpora di suatu Universitas. 

Oh iya, setiap Universitas hanya ada satu Program Studi tujuan yang sudah ditentukan oleh kedua lembaga itu, sehingga ada ciri khas tersendiri di masing-masing PT penyelenggara.

Seperti itulah kurang lebih "peta politik" di beasiswa Kemenpora. Alhamdulillah saya salah satu yang berkesempatan mendapatkan beasiswa Kemenpora di Universitas Padjadjaran dengan Program Studi Magister Ilmu Politik. Kisah temanku yang awalnya berjuang bareng ternyata tidak jadi mendaftar beasiswa Kemenpora karena Prodi yang kurang sesuai. 

Hidup memang penuh kejutan, maka nikmatilah setiap perjalanan indahnya. Kata Imam Syafi'i "jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan".

Purbalingga,  Agustus 2018

Nodi Herhana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun