Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pahlawan Digital: Melawan Arus Kebencian di Dunia Maya

10 November 2024   09:19 Diperbarui: 10 November 2024   09:21 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta Damai - jalandamai.org

Generasi muda, penerus bangsa, saat ini tengah menghadapi tantangan yang tak kalah berat dengan para pahlawan di masa lalu. Jika dulu para pahlawan berjuang melawan penjajah dengan senjata, kini kita berjuang melawan musuh yang tak kasat mata: kebencian. Kebencian yang disebarluaskan dengan begitu mudahnya di media sosial, menjadi ancaman serius bagi persatuan dan kesatuan bangsa.

Media sosial yang awalnya dirancang untuk menghubungkan manusia, kini justru sering disalahgunakan untuk menyebarkan kebencian. Dengan hanya beberapa ketukan jari, kita bisa dengan mudah menulis komentar-komentar yang menyakitkan, menyebarkan hoaks, atau memprovokasi orang lain. Kebencian yang terus-menerus disebarluaskan akan melahirkan perpecahan dan konflik. Kita akan sulit untuk hidup berdampingan dengan damai jika terus-menerus saling menyalahkan dan membenci.

Banyak yang tidak menyadari kenapa kita mudah terprovokasi? Bisa jadi kita tipikal seseorang yang mudah emosi. Ketika kita membaca atau melihat sesuatu yang tidak kita setujui, emosi kita seringkali langsung meledak. Kita pun tanpa sadar ikut-ikutan menyebarkan kebencian. Seringkali kita juga ingin terlihat keren atau gaul di mata teman-teman. Untuk itu, kita tidak ragu untuk ikut-ikutan menyebarkan meme atau komentar yang lucu, meski sebenarnya itu mengandung unsur kebencian.

Dan penyebab krusial yang membuat banyak orang mudah terprovokasi adalah kurangnya literasi digital. Budaya baca masyarakat kita masih sangat rendah.  Kita belum terbiasa untuk mengecek kebenaran informasi sebelum menyebarkannya. Akibatnya, kita mudah sekali tertipu oleh hoaks. Terkadang kita langsung percaya pada pernyataan tokoh tertentu. Padahal pernyataan yang bersangkutan bisa jadi belum tentu benar.

Ingat, provokasi kebencian, provokasi radikal dan apapun itu bentuknya, hal tersebut sangat berbahaya. Kelompok radikal sangat pandai memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan ideologi mereka. Mereka menggunakan bahasa yang provokatif dan menyederhanakan masalah yang kompleks. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kebencian dan menarik simpati dari orang-orang yang merasa tidak puas dengan kondisi saat ini.

Jika kita terus-menerus terpapar dengan konten-konten radikal, kita akan mudah terpengaruh dan ikut-ikutan melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Perlu ada kesadaran bersama dan kolektif, untuk melawan kebencian dan provokasi radikalisme di dunia maya. Karena dari tidak kita bicara tentang literasi digital, tentu saja meningkatkan literasi digital menjadi sebuah keharusan. Belajarlah untuk membedakan mana informasi yang benar dan mana yang hoaks. Jangan mudah percaya dengan semua informasi yang kamu temui di media sosial.

Berpikir kritis juga penting. Kritis disini bukan berarti selalu mencari kesalahan atau kejelekan. Kritis disini tentu harus bertujuan untuk kebaikan. Sebelum membagikan suatu informasi, pikirkan baik-baik apakah informasi tersebut bermanfaat atau justru merugikan. Ketika merasa emosi, jangan langsung menulis atau berkomentar. Tarik napas dalam-dalam dan pikirkan baik-baik sebelum bertindak.

Jika menemukan informasi yang mencurigakan, cobalah untuk mencari informasi yang lebih akurat dari sumber yang terpercaya. Jika ada orang yang mencoba memprovokasi kita, jangan langsung terpancing. Tetaplah tenang dan hindari perdebatan yang tidak perlu. Manfaatkan media sosial untuk menyebarkan hal-hal positif, seperti inspirasi, motivasi, dan pesan-pesan persatuan. Jangan ragu untuk melaporkan konten-konten yang mengandung ujaran kebencian atau hoaks ke pihak yang berwenang. Dan tunjukkan kepada teman-temanmu bahwa kita bisa berinteraksi di dunia maya dengan sopan dan santun.

Dulu, para pahlawan kita berjuang untuk merebut kemerdekaan. Mereka rela mengorbankan nyawa demi tanah air. Kini, kita juga punya perjuangan yang tidak kalah penting, yaitu melawan kebencian dan menjaga persatuan bangsa. Kita adalah pahlawan masa kini, yang berjuang di medan perang digital. Pahlawan masa kini tidak perlu membawa senjata, tetapi cukup dengan kebaikan dan kecerdasan. Mari kita jadikan media sosial sebagai wadah untuk berbagi kebaikan dan inspirasi. Mari kita lawan segala bentuk ujaran kebencian dan hoaks. Dengan begitu, kita bisa menciptakan Indonesia yang lebih baik, yang damai, dan penuh toleransi. Ingatlah, setiap kata yang kita tulis memiliki kekuatan untuk membangun atau menghancurkan. Salam damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun