Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemahaman Moderasi, Fondasi Indonesia Emas

21 Juli 2024   11:46 Diperbarui: 21 Juli 2024   11:47 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah menjadikan moderasi beragama salah satu poin penting guna menyongsong Indonesia emas 2045. Moderasi beragama diamini sebagai jalan menuju kerukunan. Namun moderasi beragama bisa dijadikan senjata untuk mengintimidasi 'kolompok' yang dinilai berseberangan dengan moderasi beragama. Tidak kita sadari terkadang kita melakukan hal-hal anti-keragaman ketika berhadapan dengan kelompok yang menurut kita tidak moderat atau ekslusif.   

Salah satu pihak pasti akan dirugikan sebagai korban kekerasan, dan pihak lainnya sebagai individu/kelompok yang memiliki cap moderat. Begitupun ketika peran itu bertukar, atas nama kebenaran dan agama individu/kelompok memiliki kewenangan untuk melakukan tindak kekerasan. Ini merupakan masalah laten sosial-keagamaan, perselisihan pendapat tentang keyakinan dan praktik ibadah yang kerap bermuara pada kontak fisik.

Perbedaan pandangan itu menyebabkan ketidakrukunan di masyarakat gara-gara label moderatisme. Oleh karena itu kita harus ideal menyikapi perbedaan, jangan seenaknya menggunakan jargon moderatisme untuk melawan mereka yang dianggap radikal, liberal, sesat, dll. Bagaimanapun perbedaan adalah keniscayaan, sebagai seorang muslim tidak peduli apapun paham (ahlussunnah, radikal, liberal, dll) yang dianutnya, idealnya harus berpegang pada empat hal ketika berdakwah menurut Kemenag RI.

Pertama, anti-kekerasan dalam menjalankan dakwahnya. Kedua, prinsip toleransi dalam menyikapi perbedaan. Ketiga, memiliki wawasan kebangsaan yang kukuh. Keempat, akomodatif terhadap tradisi lokal. Dengan demikian, jika materi ini dilaksanakan secara konstan, maka ciri moderatisme adalah praktik beragama yang nir-kekerasan.

Seharusnya kita memakai moderasi beragama sebagai metode pendekatan bijak terhadap agama, memahami ajaran agama dengan konteks pemahaman yang moderat. Dengan moderasi beragama kita dituntut kritis terhadap keyakinan kita, dituntut mengintegrasikan nilai-nilai agama yang kita anut dalam kehidupan sehari-hari, dan juga sebagai duta penyampai pesan universal tentang cinta, perdamaian, kerukunan, dan keadilan. Dalam kondisi tersebut, pintu dialog antaragama terbuka lebar dan lebih konstruktif, masing-masing pemeluk agama dapat mempromosikan saling pengertian, dan penghormatan. Dengan begitu, kita bisa menimalisir risiko konflik dan kesalahpahaman yang seringkali muncul dari interpretasi salah atas suatu agama.

Dalam hal stabilitas dan perdamaian, hal diatas membawa implikasi positif, masyarakat akan cenderung memilih jalur damai dalam menyelesaikan perbedaan dan perselisihan. Otomatis potensi konflik internal juga akan terhambat. Penerapan Pancasila dalam moderasi beragama menjadikan Indonesia dapat mempertahankan persatuan dan mencapai stabilitas dan kemajuan di tengah kompleksitas keberagamannya.

Persatuan dan stabilitas dalam tatanan masyarakat merupakan kunci terlaksananya cita-cita bangsa termasuk Indonesia Emas 2045. Jadi moderasi beragama sebagi pemersatu dan pencipta stabilitas masyarakat merupakan fondasi kokoh untuk membangun Indonesia Emas 2045.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun