Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pancasila, Perguruan Tinggi dan Provokasi Radikalisme

4 Juni 2022   07:52 Diperbarui: 4 Juni 2022   08:13 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawan Radikalisme - jalandamai.org

Beberapa waktu lalu, seluruh masyarakat Indonesia memperingati hari kesaktian Pancasila. Pada poin ini saya ingin mengingatkan lagi tentang pentingnya menjaga dan mengimplementasikan nilai-nilai dalam Pancasila. Memahami kelima sila dalam konteks sekarang ini penting dilakukan, disaat provokasi dan ujaran kebenencian yang begitu masif terjadi di media sosial.

Seperti kita tahu, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan merupakan nilai penting yang perlu kita implentasikan dalam keseharian. Baik itu dalam ucapan ataupun tindakan. Nilai tersebut lahir dan tumbuh dari budaya masyarakat Indonesia. 

Itulah kenapa semangat Pancasila mampu menyatukan keragaman yang ada di negeri ini. Karena Pancasila bersifat universal, bisa merangkul agama apapun, suku apapun, atau latar belakang apapun.

Namun, dalam perkambangannya mulai ada orang atau kelompok yang sering mempersoalkan Pancasila. Kelompok intoleran ini selalu menilai Pancasila tidak relevan dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang muslim. Kelompok radikal juga ingin mengganti Pancasila dengan khilafah. 

Padahal, konsep khilafah jelas bertentangan dengan nilai Pancasila dan budaya masyarakat Indonesia. Terbukti, di negara Islam tidak ada yang mengadopsi konsep ini.

Yang mengerikan, konsep khilafah ini seringkali disusupkan ke perguruan tinggi. Tidak sedikit dari mahasiswa yang menjadi korban, dari provokasi radikalisme ini. Berbagai cara telah dilakukan. Mulai masuk melalui kegian ekstra kampus, ospek, hingga dosen pun ada yang terpapar. Dalam beberapa tahun kebelakang, banyak sekali media yang memberitakan terkait hal ini.

Menjadi tugas kita bersama, agar perguran tinggi tidak disusupi bibit radikalisme. Kampus harus tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang netral, yang bisa mencetak generasi penerus bangsa. Tentu saja generasi yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila, bukan generasi yang menghendaki khilafah. 

Beberapa tahun lalu, salah satu perguruan tinggi di Bogor pernah digunakan untuk mendeklarasikan khilafah. Pemerintah juga telah membubarkan HTI, yang sering menyusupkan propaganda khilafah ini di kampus-kampus.

Meski HTI telah dibubarkan, provokasi dan ujaran kebencian yang dilandaskan pada ajaran agama terus saja dimunculkan. Beberapa waktu lalu, salah satu mahasiswa di kampus Universitas Brawijaya Malang ditangkap Densus 88. IA diketahui merupakan jaringan ISIS yang menyasar kampus dan sejumlah komunitas di masyarakat. 

Beberapa waktu lalu, juga sempat viral video konvoi khilafah di sejumlah wilayah. Kali dilakukan oleh organisasi yang bernama khilafatul muslimin. Dalam video tersebut jelas mereka membawa bendara tauhid dan membawa poster propaganda khilafahisme.

Dua peristiwa diatas membuktikan bahwa provokasi dan propaganda radikalisme masih terjadi. Bahkan di lingkaran perguruan tinggi pun masih terjadi. Menjadi tugas kita bersama untuk mencegahnya. Menjadi tugas kita bersama untuk terus mengobarkan komitmen untuk melawan radikalisme dan terorisme. 

Ingat, bibit negative ini terus berkembang menyesuaikan perkembangan zaman. Karena itulah, bentuk perlawanannya pun juga harus mengikut perkembangan zaman. Dan yang tak kalah pentingnya adalah meningkatkan literasi, agar kita tidak mudah terprovokasi dengan informasi menyesatkan. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun