Setiap pergantian tahun seringkali diawali dengan resolusi baru, dengan maksud adanya perubahan. Tentu saja semua berharap adanya perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Salah satu yang sempat menjadi perhatian di era 2021 adalah persoalan toleransi. Karena di tahun ini masih seringkali kita melihat maraknya ujaran kebencian di media sosial. Tak heran jika banyak masyarakat yang saling membenci, hanya karena persoalan yang sepele.
Di sepanjang 2021 ini, juga masih sering kita temukan aksi intoleransi. Kelompok mayoritas masih melakukan diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Ironisnya, praktek ini seringkali dibungkus dengan sentimen agama. Kelompok mayoritas merasa paling tahu soal agama, sementara minoritas seringkali dianggap sebagai pihak yang salah, sesat, bahkan kafir. Akibatnya, diskriminasi dan intoleransi masih terus dilakukan.
Tidak sedikit diantara kita mengharapkan tatanan kehidupan yang lebih baik. Sebagai negara yang sangat majemuk, Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat toleran, sangat menghargai dan menghormati antar sesama. Meski tak bisa dipungkiri, masih ada sebagian orang atau kelompok, yang terus mempropagandakan radikalisme dan intoleransi melalui media sosial. Karena perbuatan mereka itulah, tidak sedikit membuat banyak orang mudah diprovokasi melalui informasi yang menyesatkan.
Mungkin kita masih ingat peristiwa pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara beberapa tahun lalu. Karena terprovokasi informasi yang menyesatkan, membuat masyarakat marah dan melampiaskan pada pembakaran tempat ibadah. Dan ironisnya, pola-pola semacam ini masih sering dilakukan untuk membuat kegaduhan. Kelompok Ahmadiyah masih seringkali mendapatkan diskriminasi, tidak boleh melaksanakan ibadah, bahkan masjid dan rumahnya sempat ada yang dibakar. Dalam konteks yang lebih sederhana, masih banyak orang yang menebar kebencian, hanya karena persoalan yang sederhana. Banyak orang yang sibuk mencari kesalahan atau kejelekan orang lain, tanpa melihat sisi positifnya.
Lalu pertanyaannya? Di tahun 2022 ini apakah kita sudah cukup toleran? Apakah kita semua sudah bisa hidup berdampingan dalam keberagaman? Ingat, kemajemukan di Indonesia merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindarkan. Tuhan sengaja menciptakan keberagaman, agar kita semua bisa saling mengenal satu dengan lainnya. Tuhan sengaja menciptakan keberagaman, agar kita bisa saling menghargai, saling memahami dan bisa berdampingan dalam keberagaman.
Dan bagi Indonesia, berdampingan dalam keberagaman pada dasarnya bukanlah hal yang baru. Nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila, menjadi bukti bahwa kita semua pada dasarnya sudah toleran sejak dulu. Terbukti, Indonesia yang dipenuhi dengan keberagaman tersebut tetap bisa hidup saling berdampingan hingga saat ini. Indonesia tetap bisa menjadi negara yang utuh, meski tak dipungkiri provokasi intoleransi dan radikalisme masih saja ada.
Sekarang, piliha ada di sekitar kita sendiri. Apakah kita tetap mempertahankan toleransi atau berubah menjadi intoleransi? Semoga tulisan pendek ini bisa menjadi introspeksi buat kita semua. Jangan kotori negeri ini dengan intoleransi, yang bisa berpotensi memecah belah kerukunan yang telah ada. Jangan kotori negeri ini dengan radikalisme, agar persatuan dan kesatuan negeri ini tetap terjaga. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H