Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebarkan "Anti Virus" Bibit Hoaks dan Radikalisme

22 Januari 2021   22:01 Diperbarui: 22 Januari 2021   22:06 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, hampir semua negara sedang dilanda pandemi covid-19. Semua negara termasuk Indonesia, terus berjibaku mengendalikan penyebaran virus. Beberapa negara juga sudah mulai melakukan vaksinasi. Namun, nyatanya ketika proses vaksinasi berjalan pada tahap awal, penyebaran virus kian mengerikan. Bahkan di beberapa negara sudah mulai bermutasi menjadi jenis baru. Di Indonesia sendiri, belum sampai pada gelombang dua, tapi angka kasus positif harian sudah mencapai diatas 10 ribu. Bahkan puncaknya pernah di angka 15 ribu. Pada titik inilah, banyak negara sangat berharap pada vaksin yang saat ini mulai banyak diproduksi.

Di Indonesia sendiri, vaksinasi baru mulai berjalan pada 13 Januari 2021 yang lalu. Orang pertama yang di vaksin adalah presiden Joko Widodo, diikuti para menteri, kepala daerah dan petugas kesehatan. Selanjutnya akan disebarkan secara gratis ke masyarakat. Vaksin memang penting, namun vaksin bukanlah yang utama. Karena kedisiplinan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan juga sangat penting meski sudah ada vaksin. Dengan adanya protokol dan vaksin, diharapkan bisa menjadi kombinasi yang tepat untuk melawan virus covid-19.

Disisi lain, ada virus yang juga mengerikan di Indonesia selain covid-19. Virus ini tidak merusak kesehatan, tapi merusak mental, merusak ideologi dan pandangan kita sebagai masyarakat. Virus ini juga bisa merusak logika, toleransi dan kerukunan antar umat. Virus ini juga bisa memecah belah persatuan dan kesatuan. Virus yang dimaksud adalah hoaks dan radikalisme. Karena hoaks antar masyarakat bisa terprovokasi untuk melakukan tindakan intoleran. Karena hoaks amarah jadi tak terkendali. Sedangkan karena radikalisme, akan bisa memicu terjadinya tindakan terorisme. Dan virus ini masih ada hingga saat ini di sekitar kita.

Hoaks dan radikalisme harus dicarikan anti virusnya, seperti halnya covid-19. Namun jika covid kita harus impor dari luar negeri karena kita masih mengembangkan vaksin merah putih, kalau hoaks dan radikalisme pada dasarnya di Indonesia sudah ada anti virusnya. Yaitu toleransi, gotong royong, tepo seliro, tenggang rasa dan masih banyak lagi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kearifan lokal yang tersebar di seluruh Indonesia. Nilai-nilai itulah yang kemudian diadopsi dalam falsafah bangsa kita, yaitu Pancasila.

Sama halnya seperti vaksin covid-19, anti virus hoaks dan radikalisme ini, juga bukanlah yang utama. Ada yang juga penting dan tidak bisa ditinggalkan adalah komitmen dan kedisiplinan diri, untuk tetap mengimplementasikan nilai Pancasila dalam setiap ucapan dan perilaku. Pancasila tidak ada gunanya jika tidak diimplementasikan. Ingat, hoaks dan radikalisme bisa menyasar siapa saja. Dari anak-anak hingga dewasa. Dari penguasa hingga rakyat biasa. Terbukti masyarakat yang terpapar radikalisme berasal dari mana saja dengan latar belakang yang berbeda.

Memang, penyebaran hoaks dan radikalisme belakangan ini menyebar dengan mendompleng kemajuan teknologi. Dengan cara yang sama, kita juga harus menyebarkan nilai-nilai kearifan lokal melalui teknologi. Mulailah menuliskan status yang positif. Mulailah posting hal-hal yang positif, tidak provokatif, syukur-syukur bisa memberikan inspirasi. Untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal, tentu tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua orang saja. Perlu dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat. Mari kita bersama-sama, menyebarkan anti virus hoaks dan radikalisme, agar Indonesia tetap tenang, aman, toleran, gotong royong, dan penuh keberagaman. Salam toleransi.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun