Percayakah segala perbuatan baik pasti aka nada manfaatnya buat banyak orang? Percayakah semua orang di muka bumi ini bisa berbuat baik? Mari kita merenungkan pertanyaan diatas.
Tentu kita semua bisa dengan mudah menjawabnya. Semua orang pasti percaya setiap perbuatan baik pasti akan ada manfaatnya. Apa yang kita tanam itulah yang kita tuai.
Mungkin dampak perbuatan baik ini tidak dirasakan di era sekarang, tapi pasti akan terasa di era mendatang. Apa yang dilakukan para pahlawan di era kemerdakaan, tentu akan bisa dirasakan di era itu. Kini, kemerdekaan yang harus mengorbankan nyawa itu, bisa dirasakan generasi penerusnya hingga saat ini.
Soekarno, Hatta dan para pendahulu yang telah berjuang merebut kemerdekaan banyak yang ditetapkan menjadi pahlawan. Apakah hal ini sempat terpikirkan oleh mereka sebelumnya?
Tentu tidak. Tapi mereka pasti meyakini bahwa segala perbuatan baik akan memberikan manfaat bagi generasi berikutnya. Dan setiap manusia pasti bisa berbuat baik. Karena itulah mereka ketika itu berlomba berbuat kebaikan untuk kepentingan bangsa dan negara. Kebaikan dalam konteks ketika itu adalah berjuang melawan penjajah.
Lalu, bagaimana konteks berbuat baik di era sekarang? Generasi saat ini banyak disebut sebagai generasi milenial. Di era ini tentu berbeda dengan era kemerdekaan. Konteks berbuat baik di era milenial tentu juga berbeda dengan era sebelumnya.
Apa yang dilakukan oleh para pahlawan ketika itu adalah sederhana. Ingin merasakan kemerdekaan, tidak ada yang menindas atau ditindas. Dan setiap orang bisa hidup saling berdampingan satu dengan yang lain. Dan tentu saja, semangat yang sama itu tetap bisa dilakukan di era milenial ini.
Persoalan di era milenial bukanlah penjajahan fisik seperti era dulu. Persoalan di era sekarang adalah bagaimana caranya mengisi kemerdekaan ini dengan hal yang positif. Banyak cara yang bisa dilakukan. Tidak usaha berpikir yang susah untuk bisa berbuat positif.
Contoh sederhana adalah di era sekarang ini marak sekali hoaks, provokasi dan ujaran kebencian. Kelompok intoleran masih suka menyebarkan propaganda radikalisme, yang melahirkan provokasi dan ujaran kebencian. Dalam perkembangannya, provokasi dan kebencian ini tidak hanya yang bersifat keyakinan, tapi juga merambah pada isu sosial, ekonomi, politik dan yang lainnya.
Bahkan di masa pandemi seperti sekarang ini saja, hoaks, provokasi dan ujaran kebencian masih terus bermunculan. Sebuah kondisi yang semestinya dituntut semangat kebersamaan, agar bisa melawan virus yang mematikan ini. Anjuran penerapan protokol Kesehatan dimaknai tidak ada gunanya.
Bahkan penerapan menjaga jarak di tempat ibadah, juga dianggap sebagai perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Semuanya kebijakan pemerintah diartikan sebagai kebijakan yang salah. Sampai akhirnya dimunculkannya informasi yang menyesatkan.
Musuh bersama di era milenial ini adalah salah satunya hoaks, provokasi dan ujaran kebencian. Dan menjadi tugas kita semua untuk melawan segal informasi yang menyesatkan. Caranya bagaimana, dengan aktif menyebarkan pesan damai, pesan yang menyejukkan dan pesan bermanfaat.
Rendahnya literasi masyarakat harus di feeding dengan informasi yang benar. Jangan diam. Dan bentuk upaya melawan hoaks, provokasi dan ujaran kebencian ini merupakan bentuk kontribusi melial untuk menjadi pahlawan. Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H