Kemarin, seluruh umat muslim di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Adha. Di Indonesia seringkali juga disebut sebagai hari raya kurban. Di hari ini banyak orang menyisihkan hartanya untuk dibelikan hewan kurban seperti kambing atau sapi, untuk dikurbankan.
Daging-daging tersebut kemudian dibagikan ke masyarakat yang memang berhak. Perayaan kurban ini bermula ketika Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya. Dalam perjalannya, Nabi Ismail yang akan disembelih tersebut diganti Allah dengan binatang.
Contoh diatas merupan bukti bahwa Allah SWT bisa saja menguji manusia dengan berbagai cara. Seperti tahu, Nabi Ibrahim sangat lama sekali mendambakan anak. Ketika sudah memiliki anak, tiba-tiba mendapatkan perintah Allah untuk menyembelih anaknya.
Mungkin jika mengalami hal tersebut tidak akan melaksanakan. Namun karena hal itu merupakan perintah Allah, maka Nabi Ibrahim pun melakukannya. Karena melihat keikhlasan dan keimanan Nabi Ibrahim, Allah pun menggantinya dengan binatang.
Apa yang terjadi pada Nabi Ibrahim bisa kita jadikan pembelajaran bersama. Bahwa apapun yang kita punya, yang kita sayangi sekalipun merupakan titipan dari Allah SWT. Sewaktu-waktu bisa diambil kembali. Jika diambil tentu kita harus ikhlas memberikannya.
Dalam dunia sekarang ini, apa yang kita punya, apa yang kita suka, akan sulit diberikan kepada siapapun. Hari raya kurban mengajarkan kepada kita untuk senantiasa ikhlas berkurban.
Harta yang kita punya pada dasarnya adalah titipan. Maka harta tersebut semestinya tidak hanya disimpan, tapi akan lebih bermanfaat jika disedekahkan kepada yang berhak. Jika kita bisa mengurbankan sebagian dari harta, tentu akan memberikan karma baik bagi kita dan generasi berikutnya.
Dalam konteks sosial, berkurban dengan membagikan segian harta kita kepada kaum duafa, fakir miskin dan lain sebagainya, merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Dengan saling membantu lingkungan sekitar, maka kita akan bisa menjalankan manusia yang seutuhnya.
Saling memanusiakan merupakan keniscayaan yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Dalam konsep saling memanusiakan, setiap manusia mempunyai hak dan kedudukan yang sama. Karena itulah, tidak boleh ada yang menindas atau ditindas. TIdak boleh ada yang merasa benar, merasa paling suci, ataupun merasa yang lain.
Mari saling introspeksi. JIka selama ini kita belum terbiasa berkurban, belum terbiasa saling berbagi, belum terbiasa sedekah atau belum terbiasa melakukan tindakan baik, segera lakukan sebelum terlambat.
Mari terus berbanyak berbuat kebaikan kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun. Salam sehat selalu. Semoga senantiasi kita semua dilimpahkan rezeki, dan tetap saling berbagi.