Peringatan bisa datang dari mana saja. Sebagai makhluk yang banyak dosa, manusia sepertinya memang perlu untuk terus diperingatkan. Antar sesama teman, terkadang bisa saling mengingatkan jika ada yang lupa.Â
Peringatan ini juga bisa diartikan sebagai bentuk perhatian kita kepada orang di sekitar. Dan dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, saling meningatkan merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh siapa saja.
Salah satu contohnya adalah mengingatkan untuk selalu menedepankan protokol kesehatan. Hal ini penting karena jumlah kasus positif covid-19 masih terus meningkat.Â
Bahkan rata-rata kenaikan per harinya masih diatas 1000 kasus. Faktanya, meski angka kasus positif terus mengalami peningkatan, masih saja banyak masyarakat yang tidak mengenakan masker ketika keluar rumah. Masih banyak yang tidak peduli dengan kebersihan dan kesehatan di masa pandemi ini.
Pandemi ini tidak hanya sebatas persoalan kesehatan. Namun pandemi ini juga berbiacara soal perekonomian. Dampak dari pandemi ini telah membuat banyak perusahaan tutup, banyak orang di phk, dan jumlah pengangguran terus mengalami peningkatan.Â
Dalam kondisi seperti ini, kita tetap tidak hanya harus terus saling mengingatkan, tapi juga harus saling menguatkan. Bentuk saling menguatkan ini tidak hanya saling membantu, tapi juga saling mendoakan satu dengan yang lain.
Namun, kenyataannya, meski masa pandemi menuntut kita semua untuk saling mengingatkan dan menguatkan, masih saja ada pihak-pihak yang berusaha menceraiberaikan.Â
Masih saja ada yang secara sengaja menyebarkan hoaks, provokasi dan ujaran kebencian di media sosial. Masih saja ada pihak-pihak yang terus mencari kesalahan, mencari kejelekan dan mencari kekurangan pemerintah, atau pihak-pihak lain.Â
Kebijakan pemerintah selalu saja dianggap salah. Keputusan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) danggap salah. Dan akhirnya, karena sibuk mencari kesalahan, tidak sedikit diantara masyarakat yang melupakan protokol kesehatan.
Kebijakan pembatasan aktifitas di tempat umum termasuk tempat ibadah, juga sempat mendapatkan reaksi negative. Pemerintah dianggap tidak berpihak pada mayoritas muslim. Sementara, pembatasan tersebut murni untuk mencegah penyebaran penyakit, bukan untuk membatasi aktifitas peribadatan.Â
Kini, ketika pemerintah akan membuka aktifitas pembatasan sosial, semua orang kembali bereaksi. Kali ini pemerintah dianggap tidak melindungi masyarakat, tidak peduli dan lain sebagainya.