Dulu, kita mengenal istilah getok tular. Ketika ada pencuri, cukup bunyikan kentongan di setiap gardu siskamling. Lalu, gardu terdekat akan ikut membunyikan, yang lain membunyikan, yang lain membunyikan. Sistem deteksi dini tersebut, sempat dianggap efektif untuk meminimalisir tindak kriminal di desa.
Dulu, kita juga mengenal istilah MLM. Sistem pemasaran ini sempat menjadi bahan pembicaraan, karena dianggap efektif, murah dan simple. Ketika itu, masyarakat tertarik membeli produk karena diyakinkan oleh orang terdekatnya. Dan orang terdekatnya diyakinkan oleh teman kantor, teman kantor diyakinkan oleh orang lain, orang lain, dan seterusnya.
Kini, pola yang hampir mirip, juga terjadi dalam penyebaran virus corona yang saat ini ramai menjadi perbincangan. Virus tersebut menyebar begitu cepat di Indonesia. Hingga 21 Maret 2019, setidaknya sudah mencapai 38 orang yang meninggal karena corona. Positif terinfeksi mencapai 450 orang dan sembuh 20 orang.
Pemerintah sendiri telah mengeluarkan himbauan untuk mengurangi aktifitas di rumah. Sekolah diliburkan, perkantoran mulai bekerja dari rumah. Namun himbauan ini nyatanya belum sepenuhnya efektif. Masih banyak masyarakat kita yang beraktifitas di luar rumah dan berkumpul bersama.Â
Memang, berkumpul menjadi tradisi masyarakat Indonesia. Silaturahmi antar sesama menjadi bagian sehari-hari. Pada titik inilah, diperlukan sebuah kedewasan berpikir. Mencegah jauh lebih baik. Disinilah saatnya memanfaatkan kemajuan teknologi, untuk memudahkan aktifitas kita.
Mari kita lihat pertumbuhan orang yang tertular di Indonesia yang begitu pesat. Pada 2 Maret 2020, hanya ada 2 orang yang dinyatakan positif corona. Per 21 Maret 2020, sudah ada 450 orang yang positif corona. Kenaikannya sangat signifikan.
Mari belajar dari apa yang terjadi di Italia. Jumlah yang positif sampai yang meninggal sudah melampaui dari China. Jika kita tidak menyadari tentang bahaya corona, dan terus tidak mengindahkan anjuran pemerintah untuk tidak keluar rumah, tidak menjaga kebersihan dan jarak, bisa jadi jumlah orang yang positif corona akan terus meningkat.
Ingat, himbauan tinggal di rumah bukanlah untuk merenggangkan tali silaturahmi. Bukan pula untuk merusak tatanan kehidupan sosial yang ada. Tinggal di rumah merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi potensi terpapar virus covid-19.
Saatnya, diam di rumah tapi tetap aktif meredam, aktif mengingatkan, dan aktif menjaga kebersihan dan kesehatan. Melalui teknologi, kita bisa bekerja dari rumah atau berinteraksi dari rumah.
Beribadah juga bisa dilakukan dari rumah untuk sementara waktu ini. Jika nanti penyebaran virus corona bisa dikendalikan, aktifitas di luar rumah tentu akan bisa dilakukan kembali. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H