Perdebatan seputar salam masih hangat menjadi perbincangan di dunia maya. Diskusi mengenai salah ini muncul setelah adanya ide mengganti salam assalualaikum dengan salam Pancasila. Ide ini langsung mendapatkan reaksi dari kelompok yang tetap menginginkan salam keagamaan.Â
Sementara ide yang satu mengatakan, salam Pancasila bisa menaungi salam yang lain yang telah ada sebelumnya. Dan semangat dari Pancasila adalah semangat untuk tetap menjaga persatuan.
Jauh sebelum perdebatan ini muncul, diantara kita pasti punya salam masing-masing. Tiap daerah punya salam sendiri. Tiap agama juga punya salam yang berbeda. Semua salam tersebut baik. Semua salam tersebut juga tidak ada unsur memaksakan, atau berupaya mengganti salam-salam yang telah ada.Â
Bahkan, ketika seorang Jawa datang ke Papua, sebagai bentuk penghormatan kadang juga mengucapkan salam yang biasa dikatakan oleh orang Papua. Para pemimpin negeri ini juga sering mengucapkan hampir semua salam keagamaan, diawal pidato mereka.
Dulu, ketika era kemerdekaan, salam kebangsaan yang begitu kuat. Salam merdeka, adalah salam yang paling banyak diucapkan oleh semua orang ketika itu. Salam medeka ini dimaksudkan untuk menjaga agar semangat merebut kemerdekaan tetap terjaga. Dan terbukti, setelah sekian lama berjuang, kemerdekaan itu akhirnya bisa direbut dan bisa kita rasakan bersama hingga saat ini.
Sebelumnya, salam selamat pagi, siang, sore atau malam, juga lebih familiar di lingkungan masyarakat. Intinya, semua salam baik itu salam keagamaan ataupun salam kebangsaan, semuanya sama-sama mempunyai tujuan baik. Tinggal kita mau memilih yang mana. Tidak ada paksaan, juga tidak ada kewajiban harus mengucapkan salam yang mana.
Begitu juga dengan munculnya salam Pancasila, yang saat ini banyak didiskusikan. Salam Pancasila hanya sebatas bahasa simbol, yang mengingatkan bahwa keberagaman yang ada di Indonesia harus tetap dijaga dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Salam keagamaan merupakan ajaran luhur yang saling menghormati antar sesama manusia. Begitu juga dengan salam kebangsaan, mengandung nilai-nilai yang mengedepankan rasa saling menghargai antar sesama. Tidak peduli apa latar belakangnya.Â
Semangat inilah yang ingin dimunculkan. Bukan semangat untuk saling mengganti tradisi yang telah ada. Ketika Islam masuk ke tanah Jawa pun, juga tidak pernah mengganti tradisi yang telah ada. Begitu juga dengan agama-agama lain yang ada di Indonesia. Semuanya mengajarkan toleransi, yang saling menghargai satu dengan yang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H