Tak dipungkiri, dalam setiap pribadi manusia ada sisi baik dan buruk. Ibarat mata uang. Keduanya saling bersebelahan. Tinggal manusianya, menggunakan sisi yang baik, atau sisi yang buruk. Semuanya mempunyai konsekwensi.Â
Jika sisi baik berdampak pada kebaikan bagi kita dan lingkungan, tapi sisi buruk akan membuat pribadi manusia menjadi brutal, dan tentu berdampak keburukan bagi semua pihak.Â
Karena itulah, kita semua dianjurkan untuk saling menghargai, saling menghormati dan mengedepankan toleransi antar umat beragama. Indonesia adalah negara dengan tingkat keragaman yang tinggi, yang mempunyai banyak agama, banyak suku, budaya dan bahasa.
Dalam beberapa tahun kebelakang, Indonesia terus dilanda penyebaran bibit kebencian di media sosial. Penyebaran kebencian ini mulai marak ketik kelompok ISIS memutukan menggunakan media sosial, untuk melakukan propaganda radikalisme.Â
Sejak saat itulah propaganda kebencian masif terjadi, termasuk di Indonesia. Tren ujaran kebencian dan intoleransi ini terus mengalami peningkatan. Praktek persekusi hanya karena persoalan berbeda keyakinan, seringkali muncul di media sosial. Hal semacam ini tentu harus disudahi, dan tidak boleh terjadi lagi di bumi Indonesia.
Sebagai seorang muslim, kita harus meninggalkan praktek kebencian tersebut. Sebagai manusia, kita juga harus mengendalikan amarah dan meninggalkan bibit kebencian dalam diri. Mari kita contoh teladan Rasulullah SAW. Nabi tidak pernah mencontoh sekalipun praktek kebencian ini.Â
Segala ucapan dan perilakunya juga tidak pernah mengandung sedikit pun bibit kebencian. Banyak riwayat dan literature yang menjelaskan tentang ini.Â
Bahkan ada sebuah riwayat yang menceritakan tentang sikap Rasulullah SAW yang mendoakan orang yang selalu melampirinya ketika sakit. Teladan ini semestinya bisa kita implementasikan di era milenial seperti sekarang ini.
Seorang novelis Pramoedya Ananta Toer pernah menuliskan dalam salah satu kisah novelnya, bahwa keadilan harus dimulai sejak dari dalam pikiran. Jika dari dalam pikiran sudah saling membenci, tentunya setiap ucapan dan perilaku kita pun juga akan penuh kebencian. Dan ketika kebencian yang pegang kendali, tentu saja dampaknya akan memicu kemarahan yang membabi buta.Â
Dan hal ini terbukti, banyak aksi persekusi hanya karena dipicu provokasi kebencian di media sosial. Banyak tindak kekerasan terjadi karena tak mampu mengendalikan amarah dalam diri.
Karena itulah, penting untuk terus menyebarkan pesan damai kepada siapa saja. Media sosial harus dipenuhi pesan yang menyejukkan, bukan pesan kebencian dan provokatif. Hilangkan kebiasaan sharing tanpa melakukan saring terlebih dulu.Â