Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hijrah Menuju Persaudaraan Antar Umat Beragama

7 September 2019   18:02 Diperbarui: 7 September 2019   18:13 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuhan menciptakan manusia di bumi ini berbeda-beda. Dalam perbedaan itulah, manusian dituntut untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Begitu juga dengan Indonesia. Tuhan menciptakan masyarakat Aceh, Kalimantan, Jawa, Sulawesi hingga Papua, saling berbeda satu dengan yang lain. 

Tidak hanya fisik yang berbeda, pandangan, keyakinan, bahasa dan budaya lokalnya pun saling berbeda. Dalam perbedaan itu bisa menjadi sebuah pemandangan yang indah, jika semuanya bisa saling berdampingan satu sama lain. Ibarat taman bunga yang dipenuhi beranekaragam bunga yang warna-wani, begitulah kira-kira Indonesia. Akan terasa indah bagi siapapun yang tinggal di dalamnya.

Keragaman di Indonesia ini sebenarnya merupakan keniscayaan. Keanekaragaman ini merupakan anugerah Tuhan, yang wajib kita jaga dan lestarikan. Persoalannya, seringkali keragaman yang membuat Indonesia semakin kaya ini, justru dipermasalahkan oleh sebagian orang. Mereka ini adalah bagian dari masyarakat yang intoleran dan radikal, yang tidak menghendaki keragaman di Indonesia tetap terjaga. 

Berbagai cara terus mereka lakukan untuk mewujudkan kepentingannya. Mulai dari propaganda radikalisme di media sosial, hingga ujaran kebencian yang saat ini juga marak di media sosial. Kenapa kita harus saling membenci? Manusia memang mempunyai rasa kesal, tapi jika kekesalah itu bisa dikendalikan, tidak akan berubah menjadi kebencian.

Kelompok intoleran dan radikal juga seringkali menggunakan istilah-istilah keagamaan. Mereka juga seringkali mendistorsi sebuah istilah atau makna tertentu, agar masyarakat mengikutinya. Salah satu istilah yang sering mereka salah artikan adalah kata hijrah. 

Kata ini memang banyak diartikan bermacam-macam. Perpindahan Rasulullah dari kota Mekkah ke Madinah disebut sebagai hijrah. Peristiwa bukan semacam perpindahan dari satu tempat ke tempat yang berbeda. Hijrah ini bertujuan untuk menghindari peperangan, menghindari pertumpahan darah dan mewujudkan perdamaian ketika itu.

Semangat hijrah Rasulullah SAW tersebut, bisa kita aplikasikan dalam kehidupan di era milenial ini. Bagaimana caranya? Sederhana sekali. Jika selama ini diantara kita masih ada bibit kebencian dalam diri, maka tinggalkanlah. 

Jika kita pernah menyebarkan ujaran kebencian, maka jangan dilakukan lagi. JIka kita pernah melakukan persekusi, pernah melakukan tindakan yang merugikan orang lain, maka tinggalkanlah. 

Untuk bisa meninggalkan dan menggantinya dengan kebaikan, tentu butuh komitmen yang kuat dari dalam diri. Pada titik inilah hijrah yang sesungguhnya diperlukan. 

Hijrah dari keburukan menuju kebaikan. Hijrah dari kebencian menuju persaudaraan, akan memberikan kedamaian bagi semua pihak. Karena itu, segera lakukan dan implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun