Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merangkul Keragaman, Menjauhkan dari Hoaks dan Kebencian

9 Januari 2019   07:49 Diperbarui: 9 Januari 2019   07:57 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompasiana.com

Indonesia adalah negara besar yang kaya akan keragaman budayanya. Dari Sabang hingga Merauke, tidak hanya terdiri pulau-pulau, tapi juga melekat adat istiadat yang saling berbeda. Mulai dari bahasa hingga keyakinan. 

Bahkan masyarakat di pedalaman masih banyak yang menganut aliran kepercayaan. Meski demikian, mereka tetap bagian dari Indonesia. Karena Indonesia bukanlah Jawa ataupun Sumatera saja, tapi Indonesia adalah seluruh masyarakat yang hidup dan lahir di bumi negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).

Fakta bahwa Indonesia beragam harus selalu kita ingatkan ke semua orang. Kenapa? Karena saat ini ada ulah dari oknum tertentu, yang secara sadar dan sengaja justru aktif menyebarkan ujaran kebencian di dunia maya. Tidak hanya kebencian, informasi yang menyesatkan, yang tidak berdasarkan fakta alias hoax, juga begitu masif beredar di dunia maya. 

Perbuatan yang tidak bertanggung jawab ini tentu mengkhawatirkan semua pihak, setelah sentimen SARA juga seringkali disusupkan didalamnya. Akibat mewabahnya kebencian dan kebohongan di dunia maya, keramahan sebagian masyarakat Indonesia hilang. 

Kerukunan yang menjadi ciri khas seluruh masyarakat Indonesia, pelan-pelan mulai memudar digantikan dengan amarah, persekusi dan intoleransi. Bahkan, masyarakat yang terpapar berani melakukan aksi teror yang meresahkan.

Tanpa disadari, kemajuan teknologi dan informasi tidak hanya memberikan dampak positif tapi juga bisa menjadi negatif jika penggunanya sudah salah arah. Faktanya, dunia maya digunakan kelompok radikal untuk menyebarkan propaganda radikalisme, merekrut anggota hingga mencari dana. 

Fakta pula, internet juga digunakan para buzzer ataupun timses ataupun organisasi tertentu, untuk memproduksi hoax dan kebencian demi mendulang sebuah keuntungan. 

Saracen dan MCA menjadi bukti bahwa hoax dan kebencian telah menjadi bisnis tersendiri di dunia maya. Bisnis menyesatkan ini umumnya muncul ketika memasuki tahun pemilu seperti sekarang ini. Dan terbukti, di tahun politik ini, dunia maya telah dipenuhi berbagai ujaran kebencian dan berita bohong.

Yang terjadi di dunia maya saat ini, tentu bukanlah keinginan kita semua. Ketika kemunculan media sosial di internet, semua orang menyambut riang karena bisa memfasilitasi untuk saling berinteraksi dengan masyarakat dari berbagai negara. Selain interaksi, dunia maya juga menawarkan kemudahan untuk mendapatkan informasi. 

Namun yang terjadi saat ini, media sosial seringkali digunakan media untuk menuangkan kebencian di jagad maya. Tentu hal sangat memprihatinkan. Karena media sosial dan internet bisa diakses oleh semua orang, dari anak hingga dewasa, dimana saja dan kapan saja. 

Jika informasi bohong yang diakses, sementara tingkat literasi masyarakatnya masih rendah, mudah percaya terhadap apa yang dikatakan oleh orang lain, tentu ini menjadi persoalan.

Ingat, sejatinya tidak pernah ada budaya kita, dari Sabang hingga Merauke yang mengajarkan perilaku untuk saling membenci. Budaya saling menghargai dan tolong menolong harus terus dimunculkan. Jika perilaku elit masih belum menunjukkan sebagai orang Indonesia, kita sebagai rakyat biasa, sebagai netizen yang aktif di dunia maya, harus terus aktif memberikan penyadaran melalui informasi yang kita posting. 

Jangan persoalkan perbedaan. Karena kita pada dasarnya sudah berbeda. Indonesia akan jauh lebih indah, jika ucapan dan perilaku masyarakatnya tidak keluar dari budayanya. Baik itu di dunia maya ataupun di dunia nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun