Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jika Agama Tak Ajarkan Kebencian, Kenapa Manusia Saling Membenci?

27 Desember 2018   22:46 Diperbarui: 28 Desember 2018   00:38 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini marak sekali ditemukan ujaran kebencian berterbaran di media sosial. Memasuk tahun politik, ujaran kebencian digunakan untuk menaikkan atau menurunkan elektabilitas pasangan calon.

Di luar kepentingan politik, ujaran kebencian seringkali digunakan kelompok radikal, untuk menebar propaganda radikalisme di media sosial. Sentimen kebencian juga seringkali digunakan kepada kelompok minoritas. Dan dampak dari provokasi dan ujaran kebencian ini, memunculkan praktek persekusi di tengah masyarakat.

Padahal, Indonesia adalah negara dengan tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Dampak dari tingginya keberagaman ini, melahirkan toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Lihat saja, ketika salah satu pemeluk agama menjalankan hari raya keagamaan atau beribadah, pemeluk agama yang lain turut membantu berlangsungnya peribadatan tersebut.

Sikap seperti inilah sejatinya kita. Dan sikap seperti inilah sejatinya Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Toleran, saling menghargai merupakan sikap masyarakat Indonesia, apapun agamanya. Lalu, kenapa masih ada perilaku saling membenci antar sesama? Apa perlunya saling membenci hanya karena berbeda pandangan atau polihan politik?

Mari kita introspeksi. Indonesia negara damai. Indonesia bukanlah Suriah, Irak, ataupun negara-negara di belahan timur tengah yang masyarkatnya terus bertikai karena persoalan dalam negerinya. Ironisnya, persoalan politik yang terjadi terus 'digoreng' dan dikemas seakan-akan konflik yang terjadi merupakan konflik agama.

Dan pada titik inilah, kelompok radikal akan mulai bermunculan memanfaatkan konflik yang terjadi di masyarakat. Konflik Poso misalnya, belakangan diakui bahwa konflik tersebut juga didomplengi kelompok radikal, untuk menyulut aksi kekerasan antar umat beragama.

Ingat, sejatinya setiap agama tidak pernah mengajarkan kejelekan. Setiap agama juga tidak pernah mengajarkan untuk melakukan tindak kekerasan. Setiap agama yang ada di muka bumi ini, semuanya mengedepankan prinsip perdamaian.

Jika ada seseorang atau kelompok yang mengatasnamakan ormas keagamaan tertentu, disatu sisi menjunjung tinggi nilai Pancasila, tapi disisi lain juga melakukan tindakan anarkis, dengan cara memukul dan ataupun tindak pidana lain.

Mari kita sudahi segala perdebatan terkait pilihan politik, pilihan latar belakang atau yang lainnya. boleh kita saling berdiskusi, saling berbeda pandangan, namun satu hal yang perlu kita ingat adalah, bahwa kita adalah manusia, yang mempunyai akal dan pikiran.

Tuhan menganjurkan kepada seluruh umat manusia untuk mengenal satu dengan yang lainnya. Dalam upaya saling mengenal inilah, kemudian muncul interaksi dan saling memahami satu dengan yang lain. Dan dan dalam interaksi ini, tidak bisa saling memaksakan kehendak.

Karena pada dasarnya kepentingan masyarakat jauh lebih penting dari pada kepentingan pribadi atau kelompok. Hampir semua agama mengajak untuk berlomba berbuat kebaikan.

Maka berbuat baiklah antar sesama, tanpa memandang latar belakangnya agamanya. Karena setiap agama pada dasarnya sama, yaitu menjunjung tinggi perdamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun