Dalam setiap pertandingan olahraga, tentu semua pihak ingin menang. Dan untuk bisa menang, berbagai persiapan dilakukan. Mulai kesiapan fisik ataupun mental. Namun jika kalah dalam setiap pertandingan, tidak boleh marah. Karena kekalahan itu mungkin juga dipengaruhi oleh kurangnya persiapan mental atau fisik tadi.Â
Itulah sportivitas dalam setiap pertandingan. Jika sportivitas itu hilang, maka pertandingan tidak lagi ada esensinya. Karena itulah, olahraga mampu menjadi magnet bagi siapa saja. Setap pertandingan olahraga apapun, berhasil menyedot perhatian pendukungnya.
 Olahraga terbukti mampu menyatukan keberagaman. Olahraga juga mampu memberikan kekuatan persaudaraan. Dan lagi-lag, Asian Games 2018 berkali-kali memberikan pesan bahwa kita semua adalah bersaudara.
Pada pembukaan Asian Games 2018 di Jakarta, publik dikejutkan ketika Korea Selatan dan Korea Utara bersatu dalam perhelatan olahraga terbesar di Asia ini. Perwakilan pimpinan kedua negara, juga bergandengan tangan ketika kontingen asal korea ini memasuki area.Â
Peristiwa ini pun disambut kemeriahan oleh jutaan penonton yang ada di gelora bung karno. Dan mungkin, dunia juga turut memberikan apresiasi. Olahraga telah berhasil menyatukan kembali para pihak yang dulu sempat bertikai. Sportivitas olahraga juga telah berhasil menguatkan tali persaudaraan antar sesama.
Bagi Indonesia sendiri, pesan persaudaraan itu begitu kuat ketika dukungan masyarakat Indonesia kepada para atlet terus menguat. Banyaknya atlet yang berhasil menyabet medali emas, tidak hanya membangkitkan semangat nasionalisme, tapi juga memperkuat tali persaudaraan. Dukungan tidak melihat apa latarbelakang. Apapun agamanya para atlet yang bertanding, semua satu suara memberikan dukungan.Â
Fenomen Jojo misalnya. Publik tidak pernah mempersoalkan aksi selebrasi yang dia lakukan dengan cara membuka baju. Yang penting dapat emas, dukunga terus mengalir. Mungkinkah hal serupa juga diterapkan dalam pilpres tahun 2019 mendatang? Mungkinkah hal tersebut juga bisa diterapkan dalam setiap pilkada tahun-tahun mendatang? Mari kita saling introspeksi.
Pekan kemarin, lagi-lagi perhelatan Asian Games 2018 ini memberikan pesan persaudaraan. Ketika Joko Widodo dan Prabowo Subianto saling berpelukan diantara atlet penerima emas cabang olahraga pencak silat. Peristiwa ini tentu patut diapresiasi.Â
Kenapa? Karena perhelatan pilpres 2019 yang memajukan Jokowi dan Prabowo sebagai capres, telah membuat diskusi dan munculnya berbagai argumentasi di jagad maya.Â
Ada yang positif dan tidak sedikit pula yang negative. Hate speech kembali menguat, provokasi terus bermunculan, sentimen SARA berpotensi kembali digunakan, dan masih banyak lagi pesan-pesan negative yang sengaja dimunculkan untuk menjatuhkan elektabilitas.
 Ketika capresnya bisa saling berangkulan, kenapa yang dibawah masih tetap bertikai? Stop kebencian dan kuatkan tali persaudaraan. Masyarakat ingin Indonesia damai.
Ketika Asian Games 2018 telah berhasil memberikan pesan persaudaraan, apakah kita tetap tidak mau mengakui bahwa semua manusia itu pada dasarnya bersaudara? Ingat, Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda. Karena perbedaan itulah, setiap manusia dianjurkan untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya.Â
Dalam interaksi antar manusia itulah, kemudian muncul rasa saling mengerti, saling menghargai dan menghormati, serta rasa untuk saling tolong menolong. Dan dalam interaksi antar manusia itu pula kemudian memunculkan tapi persaudaraan. Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H