Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bebaskan Pers dari Bibit Kebencian

10 Februari 2018   10:22 Diperbarui: 10 Februari 2018   11:08 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, 9 Februari, baru saja diperingati sebagai hari pers nasional. Pers merupakan salah satu tiang demokrasi, yang memberikan jasa luar biasa bagi republik ini. Pers tidak hanya memberikan informasi tetang suatu peristiwa, tapi juga mempunyai fungsi menghibur sekaligus mendidik. Pers harus mampu menjadi pengingat sekaligus kritikus. Pers harus mampu memberikan informasi secara berimbang, obyektif, dan faktual.

Karena itulah, pers harus netral dan bebas dari segala kepentingan individu atau kelompok. Tapi pers harus tetap mengedepankan kepentingan publik, kepentingan masyarakat luas.

Saat ini, banyak pihak yang mencoba mempengaruhi independensi dari pers situ sendiri. Apalagi, tahun 2018 dan 2019 merupakan tahun politik. Banyak pemilik media mempunyai latar belakang politik.  Banyak pihak memperkirakan akan berusaha memanfaatkan pers, untuk membantu meningkatkan popularitas.

Bisa jadi, ada juga media yang berusaha menjelekkan salah satu pasangan calon, agar paslon yang didukung mendapatkan simpati publik. Bahkan, tak jarang dalam proses pemilihan narasumber, media yang berpihak untuk kepentingan politik, lebih sering menghadirkan narasumber yang menyerang.

Ada kekhawatiran, bibit kebencian yang selama ini menghiasai media sosial, juga akan masuk ke media mainstream jika tidak ada pengawasan yang ketat. Media mainstream, baik itu media cetak, online, radio, ataupun televise, harus tetap mengedepankan independensinya. Harus tetap mengedepankan kepentingan publik, dibandingkan kepentingan elit politik.

Ingat, media massa merupakan pilar demokrasi. Bagaimana tumbuh kembanganya demokratisasi di negeri ini, salah satunya ditopang oleh independensi dari institusi pers nya.

Tidak hanya lembaganya, orang-orang yang bekerja di dalam institusi pers juga harus bersih dari kepentingan politik, individu ataupun kepentingan golongan. Seorang jurnalis harus mampu menjadi jembatan masyarakat luas, untuk memberikan informasi yang benar. Jangan sampai lembaganya berusaha netral, tapi jurnalisnya ternyata partisan. Akibatnya, tulisan yang akan dimunculkan cenderung berpihak.

Tentu setiap media punya mekanisme untuk melakukan filtering, agar informasi yang sifatnya berpihak tidak bisa masuk. Namun, sebagai bentuk kewaspadaan, tidak ada salahnya jika saling mengingatkan. Apalagi bibit kebencian saat ini sudah mulai mempengaruhi semua orang dari berbagai kalangan.

Bibit kebencian bisa menjalar kemana saja, termasuk ke institusi pers. Karena itulah, pers tidak hanya bebas kepentingan, ataupun memberikan tulisan yang lugas, tapi juga harus menghadirkan narasumber yang tepat dan kredibel. Jangan sampai menggunakan pernyataan narasumber, untuk menyerang pihak-pihak yang dianggap perlu untuk diserang. Dan masyarakat, juga harus tetap memelihara sikap kritisnya kepada siapapun, bahkan termasuk kepada institusi pers itu sendiri.

Karena jelang pesta demokrasi, entah itu pilkada ataupun pilpres, biasanya akan banyak bermunculan media online ataupun cetak baru. Media semacam ini biasanya hanya digunakan sebagai alat propaganda, untuk kepentingan elit politik. Setelah pesta demokras selesai, media musiman ini biasanya membubarkan diri.

Selamat hari pers bagi insan media. Mari kita jaga independensi pers dari berbagai kepentingan individu dan golongan, termasuk bebaskan pers dari bibit kebencian. Karena kebencian akan mendekatkan pada bibit radikalisme dan intoleransi. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun