“Mereka mengambil sehelai amplop cokelat dan pensil, kemudian berdebat, negara mana yang harus diundang untuk menjadi anggota G20. Mereka saling berargumen, mencoret nama sebuah negara dan menambahkan yang lain. Demikianlah, kedua menteri keuangan itu tanpa mereka sadari telah menyusun blueprint tata pemerintahan dunia selama beberapa dekade ke depan di sehelai amplop.”
-----
Tulisan ini merupakan bagian pertama dari tiga tulisan mengenai G20, dalam rangka menselebrasi capaian Indonesia sebagai Presidensi G20 di 2022 yang sekaligus memperlihatkan kebangkitan Indonesia sebagai salah satu negara emerging utama dalam tata ekonomi dan keuangan global.
Bagian pertama akan menceritakan mengenai sejarah G20, dan sejarah keterlibatan Indonesia dalam G20. Termasuk bagaimana sebenarnya Indonesia bisa menjadi anggota G20, sebuah hal yang sering menjadi pertanyaan banyak pihak.
Bagian kedua akan menjelaskan mengenai bagaimana forum G20 bisa menjadi forum utama dalam tata pemerintahan global yang berbasis multilateralisme non-inklusif. Bagaimana G20 bisa menjadi forum yang efektif dalam mengatasi berbagai persoalan global. Serta bagaimana kesuksesan G20 justru berpeluang menjadi pemicu irelevansinya.
Bagian ketiga akan menjelaskan mengenai tantangan dan keterbatasan yang dihadapi G20 saat ini, serta spekulasi penulis mengenai masa depan G20 dan tata pemerintahan global pasca gejolak 2022.
Penulis adalah mantan desk manager G20 Indonesia (2001–2012), dan mantan asisten Sherpa pertama Indonesia (2008–2012). Di tahun 2006 penulis ditunjuk mewakili Indonesia dalam G20 Study Group on the History of G20 yang dipimpin Kanada dimana Study Group itu melakukan berbagai wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembentukan G20.
Tulisan ini didasarkan pada Laporan Resmi Study Group kepada Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 ditambah dengan catatan penulis selama menjalani peran tersebut.
-----
Hari ini seluruh mata dunia tertuju kepada Indonesia. Para kepala negara dan perwakilan dari 19 negara plus 1 blok regional (Uni Eropa) yang tergabung ke dalam forum 20 ekonomi terbesar di dunia bertemu di Bali untuk membahas tantangan terpenting bagi umat manusia di bidang ekonomi dan sosial.
Pertemuan G20 identik dengan pertemuan untuk membahas krisis. G20 terbentuk pada tanggal 25 September 1999, ketika para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G7 memutuskan untuk mengundang counterpart mereka dari beberapa negara emerging utama di berbagai kawasan untuk bertemu di Berlin pada bulan Desember 1999.