Mohon tunggu...
Herdoni Syafriansyah
Herdoni Syafriansyah Mohon Tunggu... Seniman - Tidak Penting.

Herdoni Syafriansyah. Aku adalah cinta, tak hidup tak mati. Tersinggah di tempat paling magis di muka bumi paling manis sejak 7 Oktober 1991 hingga dalam kesadaran sejati.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Peribahasa Musi Banyuasin dan Artinya

28 Agustus 2015   19:22 Diperbarui: 28 Agustus 2015   19:22 4960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                  Kita memelihara anak harimau tersebut sejak kecil, diberi susu, diberi makan dan sebagainya. Sampai anak harimau tersebut menjadi besar. Setelah anak harimau itu menjadi besar, ternyata bukannya menjadi teman, melainkan menjadi musuh, paling tidak selalu mengkhawatirkan karena dia akan menerkam kita. Begitu juga kalau kita memelihara anak orang, kita telah membesarkannya, mendidiknya hingga menjadi orang besar. Setelah dia berhasil, bukannya dia berterimah kasih atau membalas budi, tetapi dia lupa kepada kita, bahkan bukan hanya lupa, dia juga menyusahkan kita, jadi dia selama ini menjadi “ miaro anak imau”.

  1. Mbak semot dengan seluang = Bagai semut dengan seluang.

                Seluang  adalah nama ikan yang kecil hidup di air sungai, yang selalu makan semut yang jatuh ke air. Kalau ada semut jatuh ke air, maka dengan cepat seluang menyambarnya. Peribahasa ini menunjukkan tentang dua orang yang selalu bermusuhan, tak pernah seakuran. Sehingga dikatakanlah mereka itu seperti “ semut dengan seluang”.

  1. Mbak ayo kedingen minyak = Seperti air dengan minyak.

                 Minyak dan air tidak mau bercampur, walaupun dalam satu wadah. Pribahasa ini menunjukkan bahwa dua orang yang bermusuhan. Tidak mau akur, tidak mungkin bercampur antara keduanya. Orang seperti itu disebut dengan “ seperi minyak dengan air”.

  1. Timun sekanjang dengen dian = Timun satu keranjang dengan durian.

                 Buah durian itu berduri, sedangkan buah timun itu buah yang lunak dan lembut. Kalau buah itu dimasukkan dalam satu keranjang, maka buah timun akan kalah dengan buah durian. Begitu juga dengan orang kecil berlawanan dengan orang besar, maka orang kecil yang akan kalah.

  1. Ughang yang makan nangke kitek kene getanye = Orang makan nangka, kita kena getahnya.

                Arti pribahasa ini ialah orang lain yang berbuat, kita yang menanggung akibatnya.

  1. Ayo genggam dak lulus = Air di genggam tidak lulus.

                 Akibat teramat rapatnya jari-jari orang itu, maka air yang di genggam di dalam telapak tangannya pun tidak lulus (tidak dapat berlalu/keluar). Peribahasa ini menunjukan keadaan orang yang sangat kikir. Jangankan diharap dapat memberikan bantuan uang atau hal-hal berguna lainnya, bahkan sedikit air yang ada di dalam genggaman tangannya pun tidak akan keluar.

  1. Mbak biancak giring ke ayo = Seperti biawak di giring (di arahkan) ke air.

                 Biawak memang kesenangannya hidup di air. Kalau biawak tersebut di giring ke air, tentu saja sangat sesuai dengan kehendaknya. Jadi, arti peribahasa ini ialah kita menyuruh seseorang mengerjakan sesuatu pekerjaan, padahal peherjaan itu memang disukainya, maka dikatakan orang itu seperti “biancak giring ke ayo”.

  1. Mbak biduk surung kelecak = Seperti perahu di dorong ke becek.

                  Kalau perahu didorong ke air, pastilah lancar tetapi kalau perahu itu didorong di tempat becek, tentu agak berat, memerlukan kekuatan untuk mendorongnya. Arti peribahasa ini ialah menunjukan keadaan (sese)orang yang sedang mengerjakan sesuatu yang agak berat untuk dikerjakannya.

  1. Mbak nyughuk kandang kawat = Seperti menyelunduk kandang kawat.

                  Kalau kita menyelunduk (merangkak/ membungkuk, dan sebagainya) kandang kawat berduri, kita harus hati-hati, karena kalau kita ke atas mungkin kita kena duri kawat dan kalau ke bawah mungkin kena pula. Biasanya peribahasa ini ditambah dengan kalimat ”tatinggi caghik belakang, ta-bawah caghik dade”. Arti peribahasa  ini ialah kita harus berhati-hati benar dalam mengerjakan sesuatu ketika situasi yang sulit atau genting.

  1. Tapa liwat makan dak belauk = Tapa lewat makan tak berlauk.

                     Tapa adalah nama ikan besar di Sungai Musi. Ikan Tapa tersebut sudah kelihatan lewat, namun kita tidak berusaha untuk menangkapnya sehingga akibatnya ketika kita akan makan, tidak ada lauk untuk disantap. Peribahasa ini menunjukan tentang suatu keadaan bahwa sebenarnya ada kesempatan emas untuk kita, tetapi kita tidak berusaha mengambilnya / memanfaatkannnya, hingga akhirnya hilanglah kesempatan tersebut.

  1. Dapat patin makan balur = Dapat ikan patin makan ikan asin.

                     Kalau kita mendapat ikan patin (Ilm. Pengasius-pangasius), tentunya kita makan dengan lauk ikan Patin yang enak. Tetapi ternyata orang yang mendapat ikan patin itu malah makan dengan berlaukan ikan asin. Arti peribahasa ini ialah menunjukan tentang: 1.) keadaan orang yang kaya namun sangat hemat; tidak mau bersenang-senang dengan kekayaannya. 2.) Keadaan orang yang kaya, namun sengaja tidak mau menunjukan kekayaannya dikarenakan tidak ingin berbagi atau bisa pula karena takut terindikasi.

  1. Dimakan umak mati, dak dimakan bak mati = dimakan ibu mati, tidak dimakan bapak mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun