Puisi sesungguhnya lembut bagaikan bibir seorang wanita
Puisi adakalanya tajam bagaikan pisau yang menyayat hingga berdarah
Puisi juga cantik bagai jalinan indah paras pelangi; syahdu bagai alunan merdu biola
Ia tajam ia indah ia bening ia sunyi ia tepat ia salah ia keparat bagai rupa mata burung
Ia adalah tuhan dalam jiwanya; benar salah ia kuasanya; menjadi apa ia yang segala
Puisi adalah kasih adalah benci
Puisi adalah peluru adalah perahu
Puisi adalah sakit yang mewakilkan
adalah wakil yang menyampaikan
Juga cinta yang memberikan; kata yang merelakan
Di dalam jiwa pena, puisi adalah kata segala jelma, yang digoreskan oleh mata yang mencintainya.
Sekayu, 25 Februari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H