Mohon tunggu...
HERDI WONGSO
HERDI WONGSO Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Karang Rindu

27 Mei 2016   16:09 Diperbarui: 27 Mei 2016   16:23 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rintihan air mata menguak sebuah kisah yang telah lalu

Mungkin hanya segelintir rindu yang membendung membentuk sebuah karang besar

berdiri tegar, besar, kokoh, dan mengganjal isi hati.

Bongkahan karang ingin kuhancurkan dengan sekuat tenaga.

Namun apalah daya seorang anak manusia.

Biarlah bongkahan karang rindu yang kumiliki menjadi penghias keindahan hati.

Bukankah karang di hamparan pantai membuat sebuah pemandangan menjadi lebih indah?

Karang tersebut menjadi sebuah pemadangan yang sangat indah apabila aku mulai memejamkan mata

Terpejam pulas dalam lamunan yang seolah tak ingin kuhentikan

Terbangun pun aku tak mau.

Namun aku harus bangun untuk menyambut hari demi hari tanpa karang indah di dunia logika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun