Mohon tunggu...
Herdianti Indah Puspita
Herdianti Indah Puspita Mohon Tunggu... Konsultan - Be Intellectual Enlightenment

Pemerhati Tata Guna Lahan dan Perubahan Iklim

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama

Menyongsong Revolusi Mental Indonesia

1 Januari 2023   14:19 Diperbarui: 4 Januari 2023   07:53 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama kita tak mendengar revolusi mental.  Sebuah gebrakan yang sangat fundamental untuk Indonesia dimasa mendatang. Program ini diusung dengan cita cita untuk memajukan kualitas SDM di Indonesia di masa mendatang. Apakabar nya sekarang? Sebuah negara akan dikatakan maju  ditentukan dari kualitas pendidikan dan sumber daya manusianya (SDM) dibandingkan dengan jumlah sumber daya alam (SDA) yang dimiliki di dalam negara tersebut. 

Setidaknya ada beberapa syarat untuk menjadi negara maju yakni berawal dari kualitas sumber daya manusianya yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Ujungnya kita bicara tentang kualitas pendidikan. Sejumlah negara kecil dan miskin sumber daya alam tetapi kaya akan kualitas SDM-nya rata-rata menjadi sebuah negara yang maju, makmur dan modern. Sedangkan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang luas, lanjutnya, tetapi tidak memiliki SDM yang berkualitas maka biasanya tingkat negara tersebut akan mundur. 

Menilik dari posisi global, dalam human development report 2021-2022 yang dikeluarkan oleh badan PBB menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia menempati posisi 114 dari 191 negara di dunia. Peringkat ini menunjukkan bahwa pembangunan sumberdaya manusia masih rendah dan revolusi mental masih perlu terus dikejar. Selama 2020 hingga 2022 kita telah hidup di dunia yang penuh dengan kekhawatiran ditengah siatuasi pandemic covid 19 secara global telah mendorong proses pemulihan dalam pembangunan manusia di hampir setiap negara. 

Perang di Ukraina dan Rusia juga telah menciptakan lebih banyak penderitaan manusia. Adanya krisis Iklim dan kenaikan suhu temperatur yang memecahkan rekor, kebakaran, badai, dan banjir juga semakin memperburuk keadaan hingga telah membunyikan alarm sistem planet yang semakin rusak. 

Bersama-sama, mereka memicu krisis multidimensi hingga menggerus biaya hidup yang dirasakan seluruh manusia di seluruh dunia. Kondisi ini menggambarkan masa-masa kedepan yang kian tidak pasti dan kehidupan yang tidak menentu. Kompleksnya ketidakpastian dan tatanan kehidupan era new normal yang ditimbulkannya menghambat perkembangan manusia dan meresahkan kehidupan di seluruh dunia. Setelah pandemi, dan untuk pertama kalinya, nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) global menurun—selama dua tahun berturut-turut. Banyak negara terus mengalami penurunan HDI pada tahun 2021.

Dalam tatanan proses pembangunan manusia, kita tidak bisa luput dari bagaimana kita mengelola sumberdaya yang kita miliki kedepan.  Bila kita mengingat kondisi pada awal tahun 1990, dalam laporan pertama dari IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) sebetulnya telah memperingatkan kita tentang efek berbahaya dari aktivitas manusia terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. 32 tahun kemudian, prediksi ini terkonfirmasi, dan kehidupan kita terpengaruh. 

Bencana alam mengikuti satu sama lain, menghancurkan kehidupan, bisnis, pekerjaan dan mendorong orang untuk bermigrasi menuju ke pembangunan berkelanjutan dan transisi ke ekonomi hijau. Dalam proses transisi ke ekonomi hijau ini, dipastikan akan mengeliminir beberapa pekerjaan sejalan dengan masifnya perkembangan teknologi, tetapi pada saat yang sama dalam proses ini akan ada penciptaan pekerjaan baru. ILO memperkirakan bahwa sekitar 100 juta pekerjaan baru dapat diciptakan pada tahun 2030, yang mengarah ke penciptaan lapangan kerja bersih sebanyak 25 juta pekerjaan.

Merunut definisi yang di keluarkan oleh ILO, Green jobs merupakan istilah untuk jenis pekerjaan yang mendukung pembangunan berkelanjutan dan rendah emisi.  Mencuatnya Green Jobs sendiri dilatarbelakangi oleh kualitas lingkungan semakin menurun, termasuk berkurangnya sumber daya alam dan tentunya ini menjadi permasalahan serius bagi perekonomian di masa mendatang. Berdasarkan artikel 3.4 UNFCCC disebutkan bahwa "The Parties have a right to, and should, promote sustainable development. 

Policies and measures to protect the climate system against human-induced change should be appropriate for the specific conditions of each Party and should be integrated with national development programmes, taking into account that economic development is essential for adopting measures to address climate change". 

Guna menterjemahkan hasil kesepakatan global tersebut Indonesia kini mulai melakukan berbagai upaya mulai dari transisi ekonomi ke ekonomi hijau sebagai landasan integrasi Pembangunan Rendah Karbon ke dalam sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Harmonisasi kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah, Terbitnya perundang-undangan cipta kerja dan harmonisasi pajak untuk menstimulus peluang investasi dan terciptanya lapangan pekerjaan yang mendukung pembangunan berkelanjutan. 

Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Sebuah gagasan yang pertama kali dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada peringatan hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956. Soekarno melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek, padahal tujuan revolusi untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai. 

Revolusi di jaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah dan sekutunya, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kini, 77 tahun setelah bangsa kita merdeka, sesungguhnya perjuangan itu belum, dan tak akan pernah berakhir. Kita semua masih harus melakukan revolusi, namun dalam arti yang berbeda. Bukan lagi mengangkat senjata, tapi membangun jiwa kepemudaan yang tangguh, dan adaptif. Kedepannya diperlukan adanya sinergi dari segenap pelaku ekonomi dan kelompok masyarakat lain untuk bersama-sama mengimplementasikan konsep perekonomian nasional yang benar-benar mengarah pada terciptanya kesejahteraan dan keadilan sosial. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun