Mohon tunggu...
Herdi Hendrawan
Herdi Hendrawan Mohon Tunggu... GM Elhady Group International -

Dimana langit dipijak disana langit dijunjung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Ibu, Kapan Aku Sekolah Lagi?"

28 Maret 2011   20:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:21 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sorot matanya nanar berbalut kemarahan, bibirnya bergetar menahan tangis, tidak berapa lama kepalanya tertunduk lesu. Ibunya tidak dapat berbuat apa-apa lagi setelah pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan dia dan adiknya dari sekolah. Namanya Ahmad (bukan nama sebenarnya) siswa kelas 5 SD Indonesia di salah satu kota di Saudi Arabia. Ahmad termasuk salah seorang siswa yang cukup berprestasi dan dikenal dekat dengan guru-gurunya. Ibunya salah seorang TKW yang dinikahi oleh warga setempat sebagai istri kedua. Pernikahan orang tuanya dilakukan secara tidak resmi alias di bawah tangan. Akibatnya anak-anak yang terlahir darinya tidak bisa memiliki dokumen resmi. Pada saat mendaftar sebagai siswa baru ibunya tidak dapat menunjukan persyaratan yang dibutuhkan pihak sekolah seperti paspor, iqamah dan akta kelahiran. Ahmad pada akhirnya bisa diterima sebagai siswa baru karena ibunya berjanji dalam tempo tidak lebih dari empat bulan persyaratan itu akan mereka penuhi. Empat bulan sudah berlalu tapi sang ibu belum bisa memenuhi janjinya. Satu tahun berlalau, pada saat pendaftaran ulang pihak sekolah kembali meminta persyaratan yang sama dan di jawab ibunya dengan jawaban yang sama. Hingga memasukan anaknya yang kedua dan Ahmad sudah duduk di kelas 3, persyaratan itu belum juga bisa dipenuhi. Dengan pertimbangan demi pendidikan anak-anak, pihak sekolah masih mengizinkan mereka tetap bersekolah. Memasuki tahun ke empat mereka bersekolah, keluar peringatan dari Kementrian Pendidikan Saudi bahwa, sekolah-sekolah asing tidak boleh memiliki siswa yang tidak memiliki dokumen-dokumen resmi. Kalau diketahui ada siswa yang filenya tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan maka sekolah tersebut akan dikenakan sanksi berupa pencabutan ijin operasional. Terkait dengan peringatan tersebut, pihak sekolah tidak berani mengambil resiko dengan mempertahankan siswa-siswanya yang tidak memenuhi persyaratan untuk tetap bersekolah. Dengan sangat terpaksa, demi keberadaan sekolah dan keberlangsungan pendidikan anak-anak lainnya, pihak sekolah memulangkan Ahmad dan yang lainnya sampai mereka bisa memenuhi persyaratan tersebut. Tidak terasa sudah setahun peristiwa di atas berlalu, tetapi Ahmad dan teman-temannya yang terpaksa dipulangkan pihak sekolah belum juga kembali ke sekolah. Rasanya baru kemarin Ahmad masih bercengkrama dengan teman-teman dan gurunya saat jam istirahat sekolah. Teriakan Ahmad sebagai ketua kelas menertibkan teman-temannya yang ribut pada saat jam pelajaran berlangsung masih terasa menggema di tembok kelas. Semangat belajarnya yang dibuktikan dengan prestasinya tidak mudah dilupakan guru-gurunya begitu saja. Tatapan kosongnya saat meninggalkan gerbang sekolah masih terasa mengibakan. Setahun yang lalu, terlihat Ahmad gontai melangkahkan kakinya meninggalkan gerbang sekolah, meninggalkan teman-temannya, meninggalkan guru-gurunya, meninggalkan keceriaan saat-saat di sekolah, meninggalkan catatan-catatan prestasinya, meninggalkan .... Ahmad hanya seorang anak yang keberadaannya masih sangat tergantung pada orangtuanya. Ibunya yang bekas TKW yang menikah secara tidak resmi dengan warga asing sudah berusaha agar Ahmad dan adiknya bisa kembali ke sekolah, tapi peraturan dan undang-undang yang sudah terlanggar sejak awal berkata lain. Hidupnya secara materi memang berkecukupan, tetapi secara kemasyarakatan ada aturan yang terlanggar hingga kehidupannya menjadi kurang nyaman. Pendidikan formal anak-anaknya menjadi terhambat. Berkali-kali sudah sang ibu memohon kepada suaminya untuk menyelesaikan dokumen anak-anaknya tetapi peraturan negara setempat membuatnya tidak bisa berkutik apa-apa. Dokumen-dokumen itu masih sulit untuk di proses, file-file itu masih tetap kosong. Padahal, gerbang sekolah masih tetap terbuka menunggu Ahmad dan adiknya kembali mengisi keceriaan saat-saat sekolah yang akan menghantarkan mereka ke masa depan yang gemilang. Mungkin malam ini Ahmad sedang bermimpi berlari bersama adik dan yang lainnya menuju gerbang sekolah, tapi gerbang itu masih terkunci. Dan Ahmad terpaksa harus pulang kembali dan bertanya kepada ibunya: "Ibu, kapan aku bisa sekolah lagi?". Makkah, 28 Maret 2011 Pukul, 23:36.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun