Mohon tunggu...
Herdi Hendrawan
Herdi Hendrawan Mohon Tunggu... GM Elhady Group International -

Dimana langit dipijak disana langit dijunjung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Silaturrahmi PPHI 2010 bersama PPNI Makkah

22 Oktober 2010   22:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:11 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selasa, 19 Oktober 2010 bertempat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Khalidiyah Makkah, SANSUR BPHI Makkah mengundang para perawat Rumah Sakit Kerajaan Saudi Arabia Wilayah Makkah yang berasal dari Indonesia. Selain untuk bersilaturrahmi pertemuan tersebut juga diharapkan dapat mengorek informasi seputar kebijakan-kebijakan Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia (RSAS) terhadap pasien jamaah haji Indonesia. Acara di buka oleh dr. Taufiq selaku Ketua BPHI Makkah yang dilanjutkan dengan perkenalan para perawat "Rumah Sakit Arab Saudi" Wilayah Makkah, antara lain dari; Ajyad Emergency Hospital, Al-Noor Specialist Hospital, King Abdul Aziz Hospital, King Faisal Hospital, Al-Kamil Hospital, Kholais Hospital dan Maternity Child Hospital. Dalam forum tanya jawab banyak hal yang bisa menjadi masukan bagi BPHI Makkah termasuk bagi Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang bertugas di lapangan. Diantaranya mengenai proses rujukan pasien baik dari BPHI ke RSAS maupun langsung dari Maktab-Maktab ke RSAS. Pasien yang masuk ke RSAS seringkali tanpa identitas karena identitas tersebut yang berupa gelang dan ID card tidak disertakan bersama pasien tapi dibawa oleh orang yang mengantar pasien tersebut ke Maktab, hal ini akan menyulitkan petugas kloter untuk melacak keberadaan pasien tersebut apalagi jika pasien tersebut sudah di transfer ke Rumah Sakit yang lain karena ada beberapa Rumah Sakit yang hanya menampung pasien rawat inap tidak lebih dari 3 hari. Para perawat RSAS yang berasal dari Indonesia sebagai anak negeri ketika menerima pasien yang berasal dari Indonesia dengan sendirinya tanpa diminta akan memberikan perhatian lebih dengan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ditemukan, mulai dari menterjemahkan bahasa sampai penanganan yang paling serius. Terbatasnya kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Arab atau Inggris para jamaah haji Indonesia terutama yang berasal dari daerah sangat menghambat proses penyelesaian di Rumah Sakit. Ironis memang, dimana Indonesia merupakan salah satu negara yang terbanyak jamaah hajinya tidak memiliki petugas khusus yang ditempatkan di Rumah Sakit-Rumah Sakit Arab Saudi yang menjadi rujukan. Berbeda dengan negara-negara lain seperti, Bangladesh, India, Pakistan, Turki, dll. yang menempatkan petugas-petugas khusus untuk membantu menangani jamaahnya di Rumah Sakit. Info-info seputar kebijakan Kementrian Departemen Agama (Urusan Haji) yang berkaitan dengan jamaah haji yang sakit juga disampikan Ketua BPHI dalam silaturrahmi tersebut. Sebelum acara ramah tamah ada penyerahan cendramata sebagai kenang-kenangan dari BPHI untuk para perawat Indonesia yang bertugas di RSAS. Setelah acara selesai diharapkan kembali terbina hubungan yang berkesinambungan antara BPHI, PKHI dengan para perawat Indonesia yang bertugas di Rumah Sakit Arab Saudi khususnya Wilayah Makkah Al-Mukarramah. Sebagai warga Indonesia kita sangat berbangga dengan memiliki Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) yang cukup megah dengan fasilitas 150 bed dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengakomodir serta dikelola oleh tim medis yang profesional. Seperti yang disampaikan oleh Ketua BPHI bahwa Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) 2010 terdiri dari dokter spesialist saraf, 3 dokter kardiologist, 3 dokter spesialist paru, 2 dokter spesialis jiwa, 1 dokter gigi dan 2 dokter umum serta diperkuat oleh tenaga perawat profesional. Dengan susunan tim tersebut di atas diharapkan dapat mengurangi angka kematian pasien jamaah haji yang selama ini menjadi salah satu parameter keberhasilan Tim Kesehatan Haji Indonesia. Sebagai informasi tambahan bagi para jamaah haji yang sedang berada di Masjidil Haram, di dalam Masjidil Haram terdapat 5 Unit Gawat Darurat yaitu UGD 1 pintu 5, UGD 2 pintu Ajyad lantai 2 melalui jembatan layang, UGD 3 pintu 94, UGD 4 pintu 64 dan UGD 5 pintu An-Nadwa. Di kelima UGD tersebut terdapat para perawat yang berasal dari Indonesia yang Insya Allah keberadaannya akan sangat membantu para jamaah haji Indonesia jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan menimpa ketika berada di dalam masjid baik sedang melakukan Tawaf, Sa'i maupun ibadah lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun