Mohon tunggu...
Herbert Manurung
Herbert Manurung Mohon Tunggu... Mahasiswa, Pengajar, Penulis, Peneliti -

Menulis itu seni, ide dan gagasan yang anda tulis bisa mengubah dunia. Tulisan juga bisa mengubah hidup kita, menulislah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sokola Rimba: Berawal dari Pelosok Sumatera hingga ke Tanah Papua

12 Januari 2016   18:37 Diperbarui: 4 April 2017   16:30 3586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berhasil mengembangkan Sokola Rimba ini, selanjutnya Butet berpikir untuk mendirikan sebuah yayasan pendidikan alternatif yang dapat menjangkau komunitas-komunitas di Indonesia yang tidak terjamah oleh pendidikan formal. Yayasan itu namanya adalah Yayasan "SOKOLA". Yayasan ini telah merambah mulai dari pelosok Jambi hingga ke tanah Papua. Daerah lainnya yaitu Flores, Halmahera, Bulukumba (Sulawesi), Pulau Besar dan Gunung Egon, Aceh, Yogyakarta, Makassar, Klaten dan Bantul. Melalui yayasan SOKOLA, Butet telah banyak merekrut orang-orang yang mau diajak menjadi relawan pengajar. Butet sungguh-sungguh mau mengembangkan yayasan SOKOLA menjadi salah satu "kurikulum" alternatif bagi pendidikan khusus.

SOKOLA di Tanah Papua

Setelah menyelesaikan program Masters of Aplied Anthropology and Participatory Development dari The Australian Nationall University (ANU) tahun 2011, Butet kembali ke tanah air untuk mengabdi kembali sebagai Direktur Sokola. Setelah 10 tahun berjalan, mimpi ingin membuka pendidikan di Papua akhirnya juga tercapai. Melalui Ekspedisi Literasi Papua-SOKOLA, bersama dengan dua rekannya, Butet merintis perjalanan ke Papua. Tepatnya di Kampung Mumugu Batas Batu, Asmat. Di tempat tersebut, yayasan SOKOLA masih tetap menggunakan metode Silabel seperti yang sudah diterapkan di Jambi dan beberapa daerah lainnya. 

Sokola Rimba bersama dengan anak-anak Papua (sumber:www.nationalgeographic.co.id)

Teman-teman pembaca, Butet dengan dedikasi tinggi dan ketulusannya untuk menghilangkan buta tulis dan baca di indonesia tanpa membedakan suku, agama dan ras sungguh memberikan inspirasi kepada kita semua. Dia adalah sosok muda yang berjasa dalam bidang pendidikan dan kemanusiaan.

Perjuangan dan kerja kerasnya  sangat layak ditiru oleh generasi anak muda sekarang. Dia adalah jelmaan Kartini yang berjuang mencerdaskan bangsa terutama mereka yang tidak tersentuh oleh pendidikan formal. Hai, anak muda tetaplah berjuang untuk bangsa ini! jangan tanya apa yang sudah negara berikan padamu, tetapi tanyalah apa yang sudah kamu berikan kepada negara ini! Semoga kerja keras, pengabdian dan ketulusan kita berkarya terutama dalam bidang pendidikan dan kemanusiaan akan memberikan manfaat yang besar bagi negara kita ini. 

 

 

Salam,

 

Pendidik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun