Penulis: Sumawakti Kumalasari, Herbert Sen, Alexandra Kusnoharjo, Elisa Cornelis
Dalam berjalannya, komunikasi menjadi salah satu hal penting dalam komunitas. Komunikasi digunakan dalam berbagai interaksi sosial, rapat, konferensi, hingga pengenalan komunitas pada dunia luar. Eksistensi komunitas di era modern menjadikan media sosial sebagai sarana komunikasi yang bagus bagi komunitas.Â
Berdasarkan smallbiztrends.com (2021), media sosial pertama kali diciptakan oleh Andrew Weinreich pada tahun 1997, sekarang hampir semua orang di dunia menggunakan media sosial.Â
Dilansir dari wearesocial.com (2021), pengguna aktif media sosial mencapai sekitar 4.33 miliar orang, yang artinya sekitar 55% orang di dunia mengakses media sosial. Media sosial dapat menghubungkan individu dengan orang lain tanpa mempedulikan jarak dan waktu, selama terdapat akses internet.Â
Tidak hanya menghubungkan setiap individu dalam komunitas, media sosial juga memampukan individu menjalin hubungan untuk membuat sendiri komunitas yang diinginkannya.Â
Media sosial memiliki dampak tersendiri bagi individu yang menggunakannya. Menurut Bashir dan Bhat (2017) media sosial memiliki efek negatif pada kesehatan mental generasi muda karena munculnya masalah terkait kesehatan mental yang dapat menjadi wabah dalam kehidupan individu.Â
Efek negatif yang dimaksud adalah depresi, cyber-bullying, sexting, kelelahan, stress, dan menurunnya kemampuan intelektual.Â
Masyarakat hanya mengetahui sisi negatif dari internet dan media sosial karena lebih mudah dilihat dan yang diliput oleh media berita hanya sisi negatifnya saja. Efek-efek tersebut yang menjadi alasan tersematnya label "bad influence" pada media sosial.Â
Kenyataannya, media sosial memiliki dampak positifnya sendiri. Media sosial dapat menjadi sarana bantuan bagi individu yang memiliki masalah kesehatan mental (Berryman, dkk., 2017).Â
Beberapa aspek dari media sosial memiliki dampak positif pada well-being remaja, seperti dapat memiliki teman dengan latar belakang berbeda dan kemudahan mengakses dukungan atau bantuan (Vidal, dkk., 2020). Memiliki teman dengan latar belakang berbeda dapat memudahkan individu untuk lebih berpikiran terbuka.Â
Dengan kemudahan mengakses dukungan dan bantuan, individu dapat lebih mudah melakukan sharing dengan orang lain. Sama halnya dengan Komunitas Kawan Dengar yang mampu menunjang kesejahteraan psikologis sebagian masyarakat di Indonesia melalui penggunaan media sosial.Â