Mohon tunggu...
Herbert C.B. Manalu
Herbert C.B. Manalu Mohon Tunggu... Guru - GURU

Saya adalah guru kimia di SMAN 1 Pangkatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Mandok Hata" pada Malam Tahun Baru

31 Desember 2018   02:55 Diperbarui: 31 Desember 2018   05:25 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap anggota keluarga wajib mendengarkan keluh kesah, kritik, saran dan permintaan maaf yang disampaikan. Makanya kalau ada yang lagi Mandok Hata, yang lain wajib mendengarkan sungguh-sungguh, jangan pulak ngerumpi kalian. Mentang-mentang giliran kalian sudah lewat... :)

Biasanya sih, setiap orang akan mengakui kesalahan-kesalahan yang dilakukannya dalam setahun belakangan sambil menangis sampai ngomong terbata-bata setelahnya, dan kemudian berjanji untuk tidak mengulangi hal yang sama di tahun depan. (Awal kalau holan hata...)

Setelah semua anggota keluarga selesai mengutarakan isi hatinya, barulah ditutup dengan doa bersama. Kadang tidak sedikit pula anggota keluarga yang menangis lagi ketika berdoa bersama.

Setelah Mandok Hata ini selesai barulah orang batak pergi ke luar rumah untuk melakukan selebrasi pergantian akhir tahun. Ada yang main mercon, kembang api, barbecue-an, margitar dan banyak lagi. Karena sudah mau subuh, dapat sisa-sisa perayaan Tahun Baru, tidak apa-apalah..

Karena begitu 'sakralnya malam Tahun Baru bagi orang Batak, tak heran banyak halak hita di perantauan yang rela-rela beli tiket pulang waktu tahun baru, meski harganya lagi mahal-mahalnya.

Bagi anak-anak muda zaman sekarang (termasuk saya dulu), tradisi Mandok Hata adalah salah satu momen yang paling mengkhawatirkan dan paling tidak ditunggu. Membuat jantung deg-degan dan kepala pusing. Bahkan beberapa menganggapnya sebagai momok dan berusaha mencari berbagai macam alasan supaya tidak ikut acara yang satu ini. Tapi apa daya hal itu tidak akan mungkin terjadi, karena ancaman orang tua lebih menakutkan! Jadi jangan harap anak-anak muda bisa ikut hepi-hepi di luar sana main kembang api dan terompet saat tahun baru. Ikut acara Mandok Hata, wajib hukumnya. Biasanya mereka akan diperbolehkan keluar setelah selesai acara. Tapi kalau selesainya saja subuh, gak guna lagi lah kan keluar sana? Pesta kembang apainya sudah selesai, ujung-ujungnya tidur.

Lalu kenapa sih sampai bikin ketakutan begitu? Lebay banget kan.

Kalau dipikir-pikir sih ya sebenarnya tidak ada apa-apa juga. Hanya saja, saat Mandok Hata, biasanya suasananya lebih serius dan khusuk. Dalam tradisi orang batak, berbicara di depan keluarga itu ada seni tersendiri. Tutur kata yang baik dan terstruktur sangat diperhatikan. Kalau yang berbicara anak-anak sih, mau seperti apa dan sesingkat apapun tidak jadi masalah. Tapi bagi yang sudah remaja, tutur kata pasti mulai diperhatikan. Dan bila kita tidak biasa berbicara di depan umum atau tidak biasa bicara dari hati ke hati antaranggota keluarga, pastilah merasa gugup.

Saat tiba giliran, mendadak semua rangkaian kata yang sudah disusun sejak pagi tiba-tiba buyar. Akhirnya apa yang kita bicarakan jadi berantakan dan tidak terstruktur. Agaknya itulah yang menjadi alasan utama anak muda zaman sekarang tidak begitu antusias mengikuti acara khas Tahun Baruan ini, selain karena memang waktunya yang terlalu lama atau karena banyak yang bicaranya bertele-tele.

Jawaban lain yang diungkapkan anak muda zaman now saat ditanya kenapa tidak suka ikut acara Mandok Hata antara lain, jika intinya adalah ucapan syukur, terima kasih, curhat, meminta maaf dan introspeksi, seharusnya bisa dilakukan setiap saat, di mana saja dan kapan saja. Jadi tidak perlu menunggu saat akhir tahun. Tidak pun harus selalu diiringi dengan isak tangis (banyak yang berpendapat kalau tidak nangis, gak afdol), karena justru dengan menangis akan memperlama waktu.

Lalu saya sendiri bagaimana? Jujur saja, saya 50:50. Saya menghargai Mandok Hata sebagai suatu tradisi dan saya tidak terlalu keberatan menjalaninya, apalagi kalau memang kebetulan sedang berkumpul dengan sanak saudara. Tapi saya akan lebih memilih berdoa sendiri atau bersama keluarga terdekat dengan khusuk saat tahun baru. Perkara saling mengucapkan terima kasih, meminta maaf dan introspeksi, saya setuju hal tersebut bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun