Mungkin nyonya berusaha romantis,
dengan mengoleksi ratusan mawar.
meski tak ada jejak di sikapmu yang sinis,
tawar.
Kau penggemar mawar, seluruh dunia tahu!,
kebunmu luas, tiada yang membantahmu.
Ahh.. nyonya besar,
Pecinta mawar,
tanpa rasa!,
tawar!.
Aku, duri yang bagian dari mawar yang kau puja,
sering kau hardik!.
kau menyalak, mata membelalak.
"Kenapa duri harus ada!!!",
umpatan seperti godam kedua yang menimpa.
Jika takut kulitmu yang terawat terluka,
Kusarankan belajar pada diktator,
berdarah dingin yang cerdik!.
bukankah bagi duri dibuang adalah biasa?,
Alangkah romantisnya sambil tersenyum yang dibuat-buat,
memungutku lalu membuangku saja?
                              Bambang Djembing, Ponorogo, Juli 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H