Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Budaya

Alumnus Universitas Islam Indonesia 2001. Pecinta budaya dan humaniora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Cerpen Danarto, Anakmu bukanlah Anakmu," Ujar Gibran

20 Desember 2023   20:07 Diperbarui: 20 Desember 2023   20:08 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BERHALA, Kumpulan Cerpen penulis Danarto, Penerbit DIVA Press

Cerpen Danarto yang berjudul "Anakmu bukanlah Anakmu, " ujar Gibran berkisah tentang  tokoh utama Niken, seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran UI serta ayahnya yang menggemari karya Kahlil Gibran. Dikisahkan Niken, gadis yang cerdas dan kalem, tiba-tiba hamil. Sudah barang tentu kondisi Niken ini memantik kehebohan baik di kalangan keluarga, kampus maupun dalam lingkaran teman-teman Niken. 

Niken bersikeras bahwa ia hamil dengan sendirinya, tanpa berhubungan dengan lelaki manapun, seperti kisah Bunda Maria. Dan memang Niken dikenal tak punya pacar. Kehebohan, khususnya di lingkungan keluarga, bertambah oleh tabiat Niken yang membantu mengobati pasien, bahkan operasi pun ia lakukan tanpa imbalan. 

Cilakanya pasien-pasien Niken termasuk para anggota pelaku huru-hara (bahkan di labeli pemberontah) yang terluka setelah baku tembak dengan tentara. Niken tak perduli pada keberatan bahkan kemarahan keluarganya, termasuk kakek neneknya yang pada suatu kesempatan berujar lang-ilango ndog siji", sebuah ungkapan jawa yang bermakna lebih baik kehilangan satu anak atau cucu daripada merepotkan keluarganya. Hanya ayah Niken lah yang berupaya memahami segala sikap dan perilaku serta pilihan hidup Niken. Maklum sang ayah adalah penggemar karya Kahlil Gibran, Kkususnya satu sajak Kahlil Gibran berikut;

Anakmu Bukanlah Milikmu

 

Mereka putra-putri Sang Hidup yang rindu pada diri

Sendiri

Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau.

Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu.

 

Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan 

Bentuk pikiranmu.

Sebab pada mereka ada alam pikiran sendiri.

Patut kau berikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk

Jiwanya.

Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,

Yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam impian.

 

Kau boleh berusaha menyerupai mereka,

Namun jangan membuat mereka menyerupaimu.

Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,

Pun tidak tenggelam di masa lampau.

 

Kaulah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang

Meluncur.

Sang Pemanah maha tahu sasaran bidikan keabadian.

Dia merentangmu dengan kekuasaanNya.

Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.

 

 Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan

Sang Pemanah.

Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana

Kilat.

Sebagaimana pula dikasihinya yang mantap.

Danarto nampak begitu terinspirasi dengan sajak diatas. Sajak yang sangat dalam, bijak, wijang, dan mengandung kehakikian sulit untuk ditimpali bantahan. 

Danarto kemudian menuangkan sajak itu dalam cerpen, tentu saja dengan menampilkan nilai-nilai ikutan yang hidup ditengah masyarakat. Kisah tentang Niken yang hamil tanpa berhubungan dengan laki-laki (mirip dengan kisah Bunda Maria) adalah gambaran kemurnian kandungan pemikiran, sikap dan pilihan hidup yang suci, murni apa adanya dan begitu saja. 

Kehebohan dan keragaman sikap atas kehamilan Niken menampilkan variasi pandangan moral masyarakat atas kasus kehamilan diluar nikah, dari sikap yang paling ortodok (digambarkan dengan rencana dekan untuk mengeluarkan Niken dari kampus), hingga sikap yang paling (digambarkan dengan guyon kakek-nenek Niken yang ternyata si nenek juga hamil sebelum dinikahi kakek). 

Niken yang memiliki jiwa kemanusiaan tinggi,iklas penuh daya pengorbanan demi orang lain (bahkan para pemborontak) menggambarkan nilai kemanusiaan yang tanpa pandang bulu, pandang suku, pandang kelakuan, pandang pilihan hidup. Ternyata pilihan hidup yang dipilih Niken justru yang memberi pukulan berat bagi keluarga, pilihan yang tak sesuai harapan keluarga. 

Sikap tokoh Ayah merefleksikan beratnya pertentanagn nilai, antara hakekat yang dalam dengan pandangan umum manusiawi yang tak lepas dari harapan dan keinginan bahkan terhadap anak-anak sendiri. Pertentangan itu dinampakkan dengan jelas dalam adegan cerpen dimana ketika Niken memutuskan untuk menikah dengan Tomo (yang tidak ia kenali sebelumnya sama-sekali) sang Ayah masih saja gontai terpukul dan tersungkur setelah menyaksikan Niken dijemput tantara sesaat setelah pesta pernikahnnya selesai. Meski si Ayah sempat gembira dengan pemahaman hakikinya tentang anakmu bukanlah anakmu yang digambarkan dalam adegan dimana Kahlil Gibran datang ke pernikahan Niken dengan memberi si Ayah kado sebuah lukisan karya Kahlil Gibran sendiri.

 Menyelami kedalaman lautan butuh tenaga, mental, usaha yang tidak mudah.

Rahayu.

 Bambang Hermawan, 20 Desember 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun