Menikah Penyempurnaan Hidup Bentuk Kendirian Finansial dan Kesiapan Mental
Dewasa ini seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, kokohnya dinding peradaban. Dan semakin tingginya tuntutan hidup. Beberapa hal di antaranya turut serta mengalami nilai-nilai pergeseran signifikan di tengah tatanan sosial.
Terlebih berkenaan perihal pernikahan yang lambat laun seperti mengalami peralihan di tengah keberadaan masyarakat urban pekotaan. selaras dengan tumbuhnya sikap kemandirian dari kedua belah pihak baik itu lelaki dan perempuan.
Sehingga didapati seseorang memilih menunda menikah, yang mana keduanya dilengkapi dengan keinginan ataupun hasrat yang serupa, yakni sama-sama memiliki obsesi dalam diri yang terlebih dahulu ingin dicapai dan direalisasi.
Memberi keleluasaan meniti jenjang karir, menggali dan memanfaatkan sejumlah potensi yang terkandung dalam diri hingga mengubahnya menjadi value.
Di samping dalam konteks berupaya mencari sebentuk kemandirian dari segi finasial, namun juga berupaya menghimpun kesiapan secara mental. Yang tentunya tak bisa diabaikan.
Sebab dikhawatirkan rapuhnya sendi-sendi ekonomi, serta labilnya mentalitas dapat menjadi faktor pemicu pernikahan hanya berusia seumur jagung dan ambruknya fondasi bangunan rumah tangga yang dibina.
Menikah merupakan tujuan utama regenerasi dan menggapai kehidupan bahagia yang hakiki, guna mengelola hidup menjadi lebih baik dan terarah. Dengan mengikuti sunatullah dan koridor agama.
Sehingga diharapkan segala sesuatu yang berawal bersifat positif, maka kelak akan melahirkan hal-hal yang positif kembali. Yang berdampak membahagiakan pada pasangan.
Membangun mahligai indah rumah tangga merupakan impian setiap individu tanpa terkecuali. Prosesi pernikahan yang sakral dan khidmat, adalah bentuk kebahagiaan hakiki yang tak ternilai.
Menikah dalam konteks penyatuan dua anggota keluarga, dari mempelai pria dan mempelai wanita. Hingga menjadi sebuah perhimpunan keluarga besar yang diikat erat seutas tali persaudaraan, antara besan dan ipar.