Selain petani dihadapkan pada mahalnya harga pupuk, petani juga dililit permasalahan lainnya yakni mengenai anjloknya harga ketika panen raya. Yang semestinya para petani dapat memetik keuntungan dari hasil panen serta jerih lelah.
Yang didapati justru malah sebaliknya, harga yang anjlok di pasaran. Hal tersebut dapat menyebabkan petani kehilangan gairah untuk bercocok tanam dan berkebun yang mana dapat dipastikan berdampak pada ketahanan pangan.
Dan tak hanya membenahi system yang telah ada, namun juga turut membenahi oknum-oknum yang terkait di dalamnya jika didapati adanya unsur korupsi. Dari tingkat terendah hingga tertinggi yang disinyalir menjadi mata rantai.
Seyogyanya diputus tanpa pandang bulu dengan serta merta tikus-tikus di lumbung-lumbung pertanian tersebut dibasmi, garong-garong yang merongrong ekonomi dari dalam harus notabene diputus dan dijebloskan ke terali besi.
Saatnya membangun kemandirian pangan, tak melulu melakukan impor proyek akal-akalan celah mencari cuan. Saatnya memiliki kedaulatan pangan membuat petani, peternak dan nelayan berdaya. Sebab merekalah pasak-pasak tegaknya ekonomi bangsa, dan taji-taji runcing kemandirian.
Saatnya mereka sejahtera, semoga para kandidat cawapres tak hanya sekedar berwacana namun melakukan tindak realisasi, beritikad meningkatkan taraf hidup para petani, peternak dan nelayan. Sebab merekalah ujung tombak perekonomian.
Mari berpihak pada ekonomi kerakyatan, dari rakyat untuk rakyat. Utamakan kejahterakan rakyat menciptakan ekonomi berkedaulatan.
Jakarta, 26/01/2024
Hera Veronica Suherman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H