Merepih Alam Aktivitas Menyenangkan, Meluruskan Saraf-saraf Ketegangan.
Bersumber dari mata air pegunungan air mengalir tiada henti menuruni lereng bebukitan diteruskan melalui bilah-bilah bambu, kemudian jatuh dipancuran menimpa bebatuan.
Sedianya air tak pernah bisa diam senantiasa bergerak melewati celah bebatuan membawa daun menguning tersangkut, lantas tak bergeming di sela bebatuan berhimpit.
Meniti jembatan kayu disertai deritnya, menatap bias mentari menerobos dari celah-celah dedaunan menghangati bumi yang sejatinya mulai renta. Yang tubuhnya dipenuhi luka-luka terkena gerigi gergaji milik para perambah
Menikmati bulir embun yang serupa kaca bergelayut dan menjuntai di ujung daun kemudian tergelincir ke tanah lantas terserap musnah. Dan menikmati elok tarian kupu-kupu di atas kelopak bunga.
Merepih alam adalah aktivitas yang menyenangkan, meluruskan saraf-saraf ketegangan di kepala. Membuang mumet yang melanda ke alam bebas, lalu menghanyutkannya di sungai yang mengalir hingga ke hilir.
Seraya menyaksikan kawanan bocah-bocah kecil mandi di air terjun, riang gembira dan riuh tawanya menggema pecah di tebing serta menelusup di antara sela rimbun pepohonan bambu.
Menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya secara perlahan, membiarkan udara bersih merasuk dan mencuci paru-paru hingga merasakan kesegaran. Udara tak kasat mata hanya dapat dirasa kesejukannya tanpa terkontaminasi polusi.
Menikmati kicau burung bersuara merdu, serta pekik elang dengan kepak sayapnya terentang terbang melayang di antara batang-batang pohon menghunus semesta.
Bagaikan lantunan simpony alam yang syahdu, senandung orkestra alam dalam gemericik air jatuh menimpa bebatuan seperti buluh perindu. Yang dirindui para perepih alam merengkuh jarak memahat jejak.